Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Eskalasi Produksi Sampah Memaksa Lahirnya Gaya Hidup yang Lebih Fungsional

16 Juni 2019   13:57 Diperbarui: 20 Juni 2019   18:41 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mandiri membersihkan drainase (dok.pri)

mengubur sampah organik di antara tanaman bunga, menjadikannya pupuk untuk tanaman (dok.pri)
mengubur sampah organik di antara tanaman bunga, menjadikannya pupuk untuk tanaman (dok.pri)
Kalau berbicara tentang iman, bukankah segala iman mengajarkan tentang hidup saling mengasihi? Bukankah orang yang sanggup menyapu halaman tetangga, mengorek drainase bukan di jadwal gotong royong, mengubur sampah organik sendiri tidak saja untuk menjadi pupuk bagi tanamannya, tapi juga supaya anjing-anjing tetangga tidak mengais-ngais kemudian menyeret-nyeretnya ke sana kemari hingga mengotori halaman sejauh perjalanan, adalah bentuk mengasihi orang lain selain diri sendiri?.

Saya tidak dalam kapasitas untuk menunjukkan gambaran tindakan terkait sampah itu dalam kaitannya dengan ukuran iman. Bagi saya cukup, orang-orang beriman seharusnya mampu membuang sampah tidak sembarangan. 

Semoga saja saya tidak egois, karena menuliskan artikel ini dengan harapan agar dibaca, dan setelahnya semakin banyak orang yang semakin peduli dengan bahaya membuang sampah sembarangan. Karena kalau masing-masing orang sudah mengendalikan sampahnya sendiri meskipun secara egois, pada akhirnya semua orang akan bersama-sama menikmati sebuah alam, ruang hidup dan lingkungan yang lestari berkelanjutan.

Sekalipun bila Tuhan mungkin sudah berhenti menciptakan ruang hidup. Apa yang ada, itu sajalah dimanfaatkan, yang penting semua berfungsi seoptimal mungkin, di tengah sumber daya yang semakin terbatas dan manusia yang bertambah banyak.

Salam sampah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun