Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai "Pro Patria Dedicatio Nostra" dalam Upaya Regenerasi Pertanian Indonesia

29 April 2019   04:00 Diperbarui: 29 April 2019   05:51 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Persawahan di Desa Sukababo-Tanah Karo (Dok. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kab. Karo)

Di samping menjamin tersedianya bibit dan pupuk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh petani. Terlebih lagi dalam hal pemasaran saat ini sudah banyak sekali platform teknologi yang dapat membuka peluang pasar yang luas bagi para petani yang kreatif dan inovatif.

Selain hal itu, dalam hal pemasaran, para petani saat ini penting untuk membangun kerjasama dalam kelompok. Hal ini penting mengingat semakin sengitnya persaingan dengan produk-produk pertanian dari negara lain, sehingga jaminan terkait kualitas dan kontinuitas produk akan sangat tergantung pada kemampuan petani kita dalam membangun kemitraan dan membangun jaringan untuk memenuhinya. Bekerja sendiri-sendiri akan sulit untuk memenuhinya. Bukankah sudah banyak terbukti bahwa dalam model bisnis yang ada sekarang tidak ada yang terlalu besar untuk ambruk.

Kendala lain yang dihadapi petani adalah terkait kepastian harga yang tidak bisa diprediksi dengan tepat di tengah daya tawarnya yang rendah, sehingga membuat petani seolah tidak berdaya. Padahal sebenarnya tidak demikian, pasar sebenarnya masih terbuka luas.

Dalam cara pemasaran yang konvensional selama ini, jikalau tempat pemasaran yang ada selama ini macet, maka petani pun kebingungan. Kalau hal ini dibiarkan terus berlangsung memang benar petani menjadi pihak yang tidak berdaya. 

Padahal petani adalah pihak yang menanam, merawat, dan memanen hasil pertanian dengan kemungkinan risiko yang besar untuk bangkrut. Sementara itu, pasar sangat rentan menjerat petani dan tetap mendapatkan keuntungan dari petani yang bangkrut.

Karena itu tidak jarang petani menelantarkan sawah dan ladangnya karena bangkrut. Lahan-lahan pertanian dikonversi menjadi lahan perumahan. Petani menjual tanah agar langsung menghasilkan dana segar untuk dijadikan modal bagi usaha yang lain, sekaligus menyisakan sebagain penjualannya untuk membeli beras, untuk makanan pokok sehari-hari. 

Lahan pertanian semakin menyempit, terhimpit di antara pemukiman penduduk. Sebagian lahan sawah ditinggalkan, para pemuda desa memilih menjadi kondektur di terminal-terminal bus antar kota. Padahal di desa banyak peluang usaha tersedia.

Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Lahan Pertanian di antara Pemukiman-Kabanjahe, Kab. Karo (dokpri)
Sebenarnya para petani tidak selalu harus bergantung kepada pihak-pihak yang selama ini mengambil keuntungan jauh lebih besar dari dirinya sebagai petani, dengan menetapkan harga secara semena-semena. Pemasaran yang didukung teknologi memungkinkan petani menjual sendiri produksi pertaniannya dan menciptakan jaringan pasarnya sendiri. 

Dalam hal ini keberadaan kelompok tani yang dikelola dengan profesional, akuntabel dan kredibel diperlukan untuk memungkinkan terjadinya pembimbingan bagi para anggota agar mampu mengamati perilaku pasar dan konsumen. Semakin banyak petani mampu mengenali kelompok konsumen dan preferensinya mungkin ia akan menemukan semakin banyak permintaan. Semakin tinggi permintaan, maka hargapun akan meningkat secara signifikan.

Memaknai bakti pada negeri berarti memaknai upaya memajukan pertanian di Indonesia, Pro Patria Dedicatio Nostra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun