Menariknya, semasa hidup Hawking juga sempat menyinggung pengharagaan Nobel yang tak kunjung diperolehnya. Dalam kuliah umum pada Januari 2016, ia sempat menyinggung hal itu.
"Orang-orang telah mencari lubang hitam berukuran kecil, namun tidak ada yang pernah menemukannya. Hal ini merupakan suatu hal yang disayangkan, karena jika mereka pernah menemukannya tentu saya akan menerima penghargaan Nobel," cadanya saat itu seperti mengutip laman Evening Standard.
Sedikit tentang Monroe yang dilansir dari laman Wikipedia bahwa menurut akademisi Susanne Hamscha, karena keberadaan Monroe dalam diskusi-diskusi terkini tentang masyarakat modern, Monroe tak pernah secara bulat berada dalam satu waktu atau tempat, namun telah menjadi sebuah permukaan di mana penjelasan-penjelasan budaya Amerika dapat di(re)konstruksi, dan berfungsi sebagai kekhasan budaya yang dapat direproduksi, ditransformasi, diterjemahkan dalam konteks-konteks, dan dilakukan oleh orang lain.
Demikian pula dengan Banner yang menyatakan bahwa Monroe merupakan "pemberi bentuk abadi" yang dibuat ulang oleh setiap generasi, bahkan setiap individual untuk spesifikasi mereka sendiri.
Sedangkan, David Thomson menyebut perwujudan karya Monroe sebagai "tak tergantikan", ia melakukan apa yang orang lain 'rasa bagus' tapi tak dilakukan. Satu hal lagi, Monroe adalah aktris yang paling banyak difoto.
Pesona Marylin Monroe yang vintage dalam hitam putihnya pun tak pudar di era milenial. Lestarinya pesona klasik Monroe untuk sebagian hal, meski tidak cocok untuk dijadikan bahan pembanding secara keseluruhan terhadap modernitas, seolah menegaskan pentingnya perhatian terhadap pendapat Stephen Hawking, yang mengingatkan bahwa segala kemudahan yang dihadirkan oleh teknologi Artificial Inteligent (AI) berpotensi mematikan peradaban umat manusia.
Tanpa ada maksud untuk melakukan sinkretisme dalam hal keyakinan, namun perayaaan penyucian diri melalui Melasti menjelang perayaan Nyepi, yang bertepatan dengan hari kematian Hawking pada tahun 2018 yang lalu, dikaitkan dengan pengaruh pesona Monroe yang abadi, adalah probabilitas kosmos yang menarik untuk direnungi.
Dikatakan perayaan, namun sebenarnya hari raya Nyepi adalah sebuah waktu untuk menyepi dalam keheningan yang sama sekali jauh dari sebagaimana umumnya perayaan yang hingar bingar, untuk kita merenungkan kembali apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini.
Dalam kaitan dengan konteks agenda politik, dimana pemilihan umum serentak 2019 yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 nanti, refleksi hari raya Nyepi juga relevan memberikan sebuah warna keheningan untuk menarik diri kembali kepada perenungan di tengah hiruk pikuk dan hingar bingar yang sangat memekakkan telinga dan mengaburkan pandangan mata dengan beragam kebenaran, pembenaran, bahkan caci maki, tipu muslihat hingga beragam fitnah serta ujaran kebencian yang melingkupinya seakan semua hubungan telah retak oleh karenanya.
Seperti Hawking yang mampu menyelami asal-usul galaksi dan memberi banyak sumbangan bagi peradaban dan ilmu pengetahuan, tercatat sebagai seorang yang tidak percaya kepada Tuhan dan surga, tapi ia pun mengakui bahwa segala kemudahan yang dihadirkan oleh teknologi berpotensi mematikan peradaban umat manusia, atau seperti Monroe, yang meskipun abadi dalam foto-fotonya dan dipandang sebagai seseorang yang tak tergantikan, tapi ia sendiri adalah seorang yang immortal.