Dalam salah satu bagian ulasan Prof. Yuval Noah Harari tentang masa depan umat manusia, pada buku Homo Deus, ia menjelaskan bahwa saat ini lebih banyak orang sakit justru karena kebanyakan makan bukan karena kelaparan.Â
Artinya, kini penyakit diakibatkan tidak semata karena keterbatasan tapi karena gaya hidup yang berlebihan. Salah satunya adalah gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan.
Saat ini kelebihan berat badan adalah sebuah "penyakit" yang mewabah akibat kebanyakan makan dan tidak seimbang dalam mengatur pola makan. Sehingga ada juga golongan orang-orang yang melakukan pembelaan dengan menciptakan slogan, fat is beautiful, gemuk itu cantik.
Cantik secara harafiah, meskipun dinilai relatif bagi setiap orang, jelas tetap memiliki standar umum yang meskipun tidak tertulis namun diterima sebagai semacam kesepakatan.Â
Umumnya orang lebih suka dibilang langsing dari pada gemuk. Namun, faktanya dari hasil pengamatan sementara dapat dibilang bahwa dari 100 orang dewasa saat ini, paling-paling hanya kurang dari 20% yang langsing. Begitulah kelihatannya di kampung ini.
Menyadari kenyataan ini, tidak saja di kalangan ibu-ibu, bahkan bapak-bapakpun sekarang sudah banyak yang menyadari bahwa penting untuk membatasi konsumsi karbon, demi alasan kesehatan. Semakin banyak orang yang diet karbon di kampung kami.
Meskipun demikian, bukanlah namanya hidup kalau tidak dihiasi oleh beragam ironi. Seringkali akibat diet ketat demi alasan kesehatan, banyak juga orang yang jatuh sakit. Bukan soal dietnya yang salah, namun barangkali soal pola dietnya yang kurang mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.
Pernah pada suatu hari, istri saya yang juga gemuk seperti adanya saya, menceritakan dengan agak muram kisah perjumpaannya dengan seorang teman kuliahnya yang ternyata masih langsing sampai saat ini.Â
Katanya demi kelangsungan kelangsingan tubuhnya, temannya itu sama sekali tidak menyentuh makanan yang sudah dipesan istri saya. Dia hanya memakan sedikit-sedikit buah yang ada di atas meja makan.
Jelas ini hanya ungkapan sekena hati saja untuk menghibur hati yang sedih. Saya sendiri pasti akan lebih memilih bentuk tubuh yang langsing daripada tubuh yang langsung, flat, lurus dari atas ke bawah karena gemuk.Â
Namun, sungguh ironis, temannya itu belakangan ini jatuh sakit. Mungkin karena secara ekstrem menerapkan diet yang ketat. Temannya itu dirundung penyakit maag yang akut.
Maka dari itu, marilah berdiet secara proporsional, supaya kita yang mau hidup sehat tidak justru jatuh sakit. Apalagi seiring usia yang telah bertambah, diet yang ketat justru hanya akan membuat tubuh benar kurus namun kulit mengendur, karena umur telah memakan kekencangannya ditambah lagi bila tidak suka berolah raga. Justru yang ada kita akan terlihat jauh lebih tua.
Terlepas dari penyakit maag yang diakibatkan oleh gaya hidup diet ketat atau penyebab lainnya, berikut ini adalah sebuah tips mengatasi penyakit maag dari hasil pengalaman tradisi, memanfaatkan tumbuhan lokal dan bahan-bahan yang mudah ditemui dalam bingkai kearifan lokal.
Adalah daun Jintan atau Jinten atau daun Bangun-Bangun, atau daun Terbangun dalam bahasa Karo, yang merupakan jenis tumbuhan yang ampuh untuk mengobati penyakit maag dan asam lambung dalam tempo yang sangat cepat.
Caranya cukup mudah, hanya dengan mengambil 7 helai pucuk daun ini, ditumbuk halus, kemudian airnya diperas. Air perasan tersebut dicampur dengan kuning telur, ditambah Gamber sirih dan sedikit garam, kemudian dikocok lalu diminum sebanyak 2 atau 3 kali sehari, maka penyakit maag dan asam lambung akan segera sembuh.
Semoga bermanfaat, dan informasi ini bukan bentuk kampanye untuk menolak diet atau mendukung slogan bahwa gemuk itu cantik. Hanya untuk saling berbagi diantara kenyataan bahwa menjadi tua itu pilihan, tapi baik melangsing atau menggemuk itu adalah sebuah pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H