Melihat kami bersama para petugas kebersihan bekerja mengangkut sampah secara manual dan nyaris tanpa alat perlindungan dari kemungkinan infeksi berbagai bakteri di tumpukan sampah yang kami angkut, ia mendekati kami dan mengobrol sebentar.
"Wah, sampahnya parah ya pak, sudah berapa lama tidak diangkut ini?" tanyanya.
"Barangkali sudah lebih lima hari pak, soalnya sudah banyak lalatnya. Katanya telur lalat menetas setelah lima hari kan pak, aromanya juga sudah sangat-sangat..hufff.."Â
Saya menjawab dengan sungkan seolah saya baru saja sadar kalau sampah yang sudah lama tidak diangkut itu baunya menyengat. Padahal itu adalah keseharian yang nyaris setiap hari saya lakoni selama tiga tahun bekerja di sektor pengelolaan sampah.
Bagi daerah yang sudah relatif maju manajemen persampahannya dan ditunjang sarana prasarana pengelolaan sampah yang memadai, mungkin persoalan sampah ini tidak seburuk di daerah-daerah dengan sistem manajemen pengelolaan yang primitif dan sarana prasarana yang tidak memadai.Â
Apalagi ditambah perilaku buruk masyarakat dalam membuang sampah sembarangan. "Jepang saja butuh waktu tigapuluh tahun mengubah mindset warganya agar bisa seperti sekarang ini dalam mengelola sampahnya pak", kata konsultan itu entah berbohong atau sekedar menyemangati.Â
Tapi kalau kesadaran itu tidak mulai dibangunkan hari ini juga, saya tidak bisa membayangkan seperti apa Jepang dan seperti apa negeri kita tiga puluh tahun yang akan datang.
Saat ini, seringsekali dalam waktu-waktu senggang, saya membawa anak-anak ke sebuah taman kecil di kota ini. Sudah menjadi kebiasaan kami, sebelum pulang memunguti sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung taman.Â
Ada kemasan makanan ringan milik anak-anak, sampah plastik tempat makanan bawaan ibu-ibu, hingga sampah make-up. Nyaris semua bentuk sampah ada di taman yang kecil ini dan dihasilkan oleh berbabagai kelompok umur.
Karena kebanyakan orang-orang di taman memang sama sekali tidak memperhatikan, semuanya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tanpa menyadari bahwa sampah merekalah yang dipunguti oleh anak-anak yang saya bawa ke taman.Â