Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Hutan, Ada Cinta dan Keindahan

21 November 2018   01:12 Diperbarui: 21 November 2018   01:17 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan api unggun, Kanaya terlihat mulai sedih karena sebenarnya ia tidak terlalu suka kehidupan di alam bebas, ditambah lagi situasi yang sepertinya sudah diluar kendali. Kenyataan bahwa saat ini dia ada di hutan semata-mata karena desakan Anggi kakak kelasnya. 

Dia bertanya buat apa orang harus repot-repot ke alam liar, ke hutan, ke gunung, apa manfaatnya selain kerepotan yang mungkin ditimbulkannya. Aku menjawab dengan mengutip syair pada original sound track film Gie, bahwa dengan berbagi waktu dengan alam, kita akan tahu siapa diri kita sebenarnya, belajar hakikat manusia. 

Mungkin Kanaya tersadar kalau dirinya lebih banyak menambah kesulitan-kesulitan saja dengan ketakutannya yang terkadang kekanak-kanakan. Menyadari hal itu, Kanaya menjadi sedikit lebih memberanikan diri dan lebih kooperatif apabila ada penjelasan-penjelasan untuk dilakukan.

Selama kurang lebih satu jam sudah mobil yang kami tumpangi mogok, aku teringat kembali suatu pelajaran tentang kepemimpinan dari John Maxwell, leadership is influence, nothing more nothing less, bahwa kepemimpinan adalah tentang mempengaruhi, tidak lebih tidak kurang. Apakah sekarang aku sudah berhasil mempengaruhi Kanaya sehingga ia menjadi lebih bekerjasama, aku kurang tahu.

Lima belas menit kemudian sipenjaga tiba di lokasi. Karena Lukman, Prita dan Kevin anaknya tidak mungkin menginap dipondok, sementara Her harus ikut ke kota supaya besok bisa segera memperbaiki radiator mobilnya yang rusak dan kembali lagi untuk memasangnya, maka Kanaya yang selanjutnya akan dibonceng ke pondok. 

Namun Kanaya menolak, katanya mau tetap tinggal bersamaku menemani Lukman sekeluarga dan Her di sekitar api unggun, menunggu mobil jemputan dari kota. Tapi aku tegaskan bahwa Kanaya tidak akan bisa ikut ke kota karena mobil sedan itu hanya bisa mengangkut empat orang. Kanaya tetap tidak mau ikut ke pondok, katanya dia baru mau pergi ke pondok bersamaku setelah Lukman, Prita, Kevin dan Her berangkat dengan mobil ke kota.

Mendengar itu aku jadi teringat sepenggal ungkapan puisi Soe Hok Gie dalam Mandalawangi-Pangrango :

Senja ini, ketika matahari turun

Ke dalam jurang-jurangmu

Aku datang kembali

Kedalam ribaanmu, dalam sepimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun