Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyintas Labirin, Berbuah dan Berseri Meskipun dalam Sepi

17 November 2018   10:33 Diperbarui: 17 November 2018   11:49 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sangka di antara gelagah lebat di tengah sawah yang telah terbengkalai, ada arbei yang berbuah ranum meski tidak mempersiapkan diri akan dipetik pada suatu ketika nanti, atau hanya akan jatuh ke tanah setelah terlalu matang.

Begitupun dalam menjalani kehidupan, tak selamanya semua orang akan mendukung apa yang kita lakukan, sekalipun itu adalah pelayanan bagi kebaikan bersama, kebaikan banyak orang. Di dalam budaya sosial baik kolektif maupun individual, tetap dibutuhkan para penyintas yang berjiwa kuat untuk mampu menerobos labirin kehidupan. 

Sintas adalah bertahan hidup dalam kondisi yang tidak diinginkan, dalam jangka waktu yang lama. Seseorang yang mengalami kondisi demikian disebut penyintas. Penderita suatu penyakit berkepanjangan, orang yang mengalami perlakuan tidak adil dalam waktu yang lama, atau orang yang bertahan selama dalam pengasingan atau peperangan, adalah penyintas.

Kata 'penyintas' kali pertama muncul sekitar tahun 2005. Kata tersebut dipopulerkan oleh para aktivis kemanusiaan dan relawan saat terjadi bencana. Istilah ini merupakan terjemahan dari kata survivor dari bahasa Inggris yang berarti 'orang yang selamat'. Meskipun semua penyintas mengalami penderitaan, namun tidak selalu sama dengan korban akibat suatu kejadian. Sebab, korban, pada umumnya tidak memiliki kemampuan (berdaya) untuk bertahan dalam suatu kondisi, bahkan ada yang meninggal dunia. Dengan demikian, apabila seseorang yang menjadi korban dari suatu kejadian atau bencana, tetapi ia berhasil bangkit, maka ia disebut sebagai penyintas. Sumber: wikipedia

Mereka, para penyintas modernitas yg bertahan dalam jatuh bangun selera zaman, adalah sebagian kecil hal yang membesarkan hati dalam segala macam kekurangan. Orang-orang yang melayani dengan jiwa yang kuat, akan mengulurkan jabat tangan erat dengan mata bercahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun