Organisasi yang terlambat atau bahkan gagal beradaptasi pada masa transisi ini akan mengalami krisis, yang ditandai dengan karyawan yang semula menganut etos kerja "memberikan kemampuan yang terbaik kepada perusahaan/ institusi" dan sebaliknya perusahaan akan memberikan "imbalan yang layak, karier yang jelas, serta kondisi kerja positif" menjadi etos kerja karyawan dan manajemen perusahaan yang ngasal, seiring dengan hubungan sosiologis karyawan dan manajemen perusahaan yang semakin merenggang dan kehilangan unsur saling percaya.Â
Padahal manusia memerlukan kepercayaan dalam bekerja, karena kepercayaan menimbulkan keyakinan, harapan dan simbol kesatuan yang mendorong mereka terus bekerja, membangun spirit kebersamaan dan memberikan arti bagi kehidupan.
Tidak sepenuhnya, fakta supir taxi bandara konvensional yang sepertinya menunjukkan ciri-ciri mengalami krisis di tengah hempasan maraknya jasa taxi on line dan kerumitan-kerumitan di organisasi birokrasi pemerintahan di tengah semangat digitalisasi yang diwakili oleh semangat pengembangan konsep e-government dapat disejajarkan, tetapi teori manajemen dan organisasi yang menjelaskan potensi munculnya kondisi krisis serta penyebabnya menunjukkan bahwa nilai-nilai yang mempengaruhi dinamika pada suatu organisasi bersifat universal, bahwa untuk bisa bersama sangat dibutuhkan adanya kepercayaan. Pada masa transisi segala sesuatu yang sudah menjadi biasa di masa lalu tiba-tiba menjadi gelap, tidak jelas lagi. Semuanya butuh waktu untuk menjadi jelas kembali.
 Di saat nilai-nilai lama sudah tidak relevan untuk dipertahankan, sementara nilai-nilai baru yang diharapkan akan mempersatukan setiap individu dalam organisasi belum lagi terbentuk, maka selama proses transisi itu sangat dibutuhkan sub kultur-sub kultur dalam unit-unit organisasi tetap membina ikatan nilai yang kuat untuk mampu bekerja secara efektif, sehingga pada saatnya realitas baru terbentuk dan diterima secara luas, seluruhnya akan menikmati suatu kesatuan kultural yang dulu pernah dinikmati bersama.Â
Mencoba sesuatu yang baru jelas tidak akan mudah dan mendapatkan banyak pertanyaan, bahkan dihiasi oleh beribu-ribu keraguan.Â
Tetapi sebagai sesama saudara patutlah kita berikan walau sedikit saja keyakinan dan kepercayaan untuk manajemen bekerja, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang paling menguntungkan bagi kepentingan bersama. Bukankah ilmu hukum juga menganut prinsip "in dubio pro reo"; dalam keraguan, hakim akan menggunakan hukuman yang paling meringankan bagi terdakwa. Entah siapa terdakwa, siapa hakim, pengamat bebas mengomentarinya.
Karena terlalu dalam memikirkannya sambil menyetir, saat perjalanan pulang keluar dari bandara, saya salah masuk jalur pintu tol, sehingga untuk ke Kabanjahe kami harus keluar dari pintu tol Lubuk Pakam di ruas tol yang baru beberapa waktu yang lalu diresmikan presiden.Â
Maafkan saya pak, niat saya menjemput untuk mempercepat perjalanan bapak, malah akhirnya jadi jalan-jalan dan kemalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H