Mohon tunggu...
Aven Jaman
Aven Jaman Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

Menjadi Berarti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Jokowi, Anda Tak Boleh Sabar Lagi, Para Penghinamu Ini Sudah Teramat Keji

27 Maret 2020   01:20 Diperbarui: 27 Maret 2020   02:01 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anda sekalian pasti sependapat kalau kubilang bahwa kepergian orang tercinta pasti meninggalkan duka mendalam di sanubari. Lebih-lebih apabila sosok itu merupakan ibu kandung yang tak cuma selama 9 bulan menggendong kita dalam perutnya, melahirkan dengan pertaruhkan nyawa, membesarkan hingga sampai mengantar kita ke puncak karir. Itulah yang dialami satu-satunya manusia di planet biru ini sekarang ini. Dialah Jokowi.

Cenderung lebay mungkin menurut Anda perkataan barusan. Tapi apabila anda adalah orang yang menganggap jabatan presiden dari sebuah negara adalah puncak dari sebuah karir, maka tentu Anda sependapat. Ya, Anda tentu setuju bahwa saat ini satu-satunya pemimpin dunia yang sangat berduka adalah Joko Widodo, Presiden kita.

Ibunda Sujadmi, ibunya yang tercinta kini pergi untuk selamanya setelah sempat dirawat akibat sakit kronis yang diderita beliau sekian tahun. 

Namun, seraya mengibarkan bendera hitam tanda berduka untuk ibunda sang presiden, saya harus menjerembabkan diri di tanah guna menghampar salut untuk kebesaran jiwa seorang Joko Widodo. Kata-kata saya kurang dalam mengungkapkan besarnya rasa takjub yang teramat sangat.

Oke, untuk beberapa kebijakannya selaku presiden selama ini sudah banyak yang aku kasih jempol. Tak sedikit juga kritikan pedas aku lontarkan karena saya termasuk yang mengagumi seorang figur dari kebijakan yang dibuatnya. 

Namun untuk kesempatan ini, bila saja aku memiliki 1000 jempol, aku akan memborongnya semua untuk beliau. Bagaimana tidak? Di saat lelahnya beliau hadapi serangan wabah yang lagi menghantam negeri, terus ditinggal ibunda terkasih, eh, sehabis menguburkan sang ibunda, beliau malah sudah harus mengikuti KTT G-20, walau secara virtual.

Cek di sini status IG beliau

Luar biasa orang ini! Duka pribadi tak dia hiraukan demi nyawa 200an juta rakyatnya. Inilah pemimpin yang sebenar-benarnya pemimpin. Dia taruh urusan bangsa jauh di puncak tertinggi prioritas. Padahal, bila beliau mau, beliau bisa titipkan ke Wapres atau Menlu untuk urusan KTT Luar Biasa G-20 ini.

Manusia-manusia Berwatak Iblis Melihat Celah Menyerang

Namun, pengorbanan luar biasa pemimpin seperti ini ternyata tak mampu dilihat oleh manusia-manusia sampah di republik ini, manusia-manusia yang dengan seringai serigalanya terus menghantui apapun yang dikerjakan Presiden Joko Widodo. 

Terhadap pengorbanan Joko Widodo yang demikian tadi malah menjadi celah bagi mereka untuk semakin "menginjak-injak" harga diri seorang Joko Widodo. Lihat saja status dan komen-komen mereka berikut ini! 

Dan masih banyak lainnya, namun cukuplah ini sebagai contoh bagaimana nurani manusia-manusia sampah ini sudah mati, berganti seringai puas ala serigala buas.

Bagi manusia yang masih punya nurani, sebenci-bencinya pada seseorang, tetap tidak akan tega untuk menari lincah, girang tatkala yang dibenci tertimpa duka kematian. Ini malah seperti berpesta ria.

Maka, untuk manusia seperti ini, sudah bukan saatnya lagi presiden Jokowi bersabar diri. Lama-lama publik mengira bahwa almarhum ibunda benar bukan merupakan ibu kandung sang presiden apabila Joko Widodonya sendiri menanggapi enteng penghinaan seperti itu untuk dirinya.

Mohon maaf, saya tidak hendak mengobar-ngobarkan rasa benci. Juga tak terbersit sedikit pun untuk menghasut presiden untuk membalas penghinaan yang diterimanya tersebut. 

Saya lebih suka dianggap sedang mendorong Bapak Presiden menegakkan harga dirinya selaku kepala negara, taruh belakang lagi amarah selaku pribadinya beliau sebagaimana beliau bisa menyimpan duka atas kepergian ibunda demi mengikuti KTT G20.

Pak Jokowi, Bapak tak mau rakyatmu yang marah kemudian membalas dendam pada Gojek misalnya, kan? Itu penghinamu salah satunya mitra Gojek, Pak.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun