Dan masih banyak lainnya, namun cukuplah ini sebagai contoh bagaimana nurani manusia-manusia sampah ini sudah mati, berganti seringai puas ala serigala buas.
Bagi manusia yang masih punya nurani, sebenci-bencinya pada seseorang, tetap tidak akan tega untuk menari lincah, girang tatkala yang dibenci tertimpa duka kematian. Ini malah seperti berpesta ria.
Maka, untuk manusia seperti ini, sudah bukan saatnya lagi presiden Jokowi bersabar diri. Lama-lama publik mengira bahwa almarhum ibunda benar bukan merupakan ibu kandung sang presiden apabila Joko Widodonya sendiri menanggapi enteng penghinaan seperti itu untuk dirinya.
Mohon maaf, saya tidak hendak mengobar-ngobarkan rasa benci. Juga tak terbersit sedikit pun untuk menghasut presiden untuk membalas penghinaan yang diterimanya tersebut.Â
Saya lebih suka dianggap sedang mendorong Bapak Presiden menegakkan harga dirinya selaku kepala negara, taruh belakang lagi amarah selaku pribadinya beliau sebagaimana beliau bisa menyimpan duka atas kepergian ibunda demi mengikuti KTT G20.
Pak Jokowi, Bapak tak mau rakyatmu yang marah kemudian membalas dendam pada Gojek misalnya, kan? Itu penghinamu salah satunya mitra Gojek, Pak.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H