Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ironi Anak sebagai Target Pasar

8 Oktober 2020   15:52 Diperbarui: 12 Oktober 2020   08:27 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman ini, perusahaan mana yang tak mengincar pasar anak sebagai target pemasaran. Sebut saja sepatu, pakaian, makanan dan minuman, jamu, keperluan mandi maupun mainan acap merebutkan pangsa anak. 

Bahkan tak sungkan-sungkan perusahaan produsen untuk keperluan orang dewasa saja tak sedikit yang memanfaatkan anak-anak dalam mencuri hati pelanggannya. Industri otomotif, properti juga informasi teknologi pun tak ketinggalan banyak meraup laba dari pendayagunaan anak-anak dalam iklan-iklannya.

Begitu dahsyat anak dalam membawa tetumpukan pundi-pundi rupiah ke kantong-kantong pemodal, korporat maupun kepada orangtua atau keluarga. Industri musik juga tak pernah bisa lepas dari pasar anak-anak. 

Contoh anak-anak yang menjadi pelaku bisnis maupun sekadar menjadi endorse produk tertentu ternyata cukup mampu membuat gendut rekening anak-anak itu sendiri meski QQ orangtua. Artis cilik pun bejibun dengan menjual varian produk yang kadang tak tepat usia dan perkembangan anak.

Kemudian pada aras lain menyentuh dunia politik, disadari atau tidak tak sedikit dari kita atau orangtua yang secara sengaja atau tidak sengaja melibatkan anak-anaknya ke dalam pergelaran kampanye yang menghadirkan massa jauh sebelum tahun pandemi berlangsung.

Para orangtua mendandani anak-anaknya dengan pelbagai asesoris dan atribut parpol tertentu, acap kita temukan pada masa kampanye sebelum pilkada 2020 ini. 

Kita tak tahu, kebahagiaan dan kebanggaan apa yang digenggam orangtua ketika anak-anaknya menjadi bagian event kampanye pemilu. 

Barangkali sebagian orang tua merasa prestisenya naik kelas saat anak berani dan riang dalam menghabiskan waktu bersama orang-orang dewasa dalam perhelatan demokrasi itu.

Namun demikian, tentu langkah itu tidak tepat dan bahkan bisa dikenai sanksi bagi penyelenggara kampanye yang menyertakan anak-anak. 

Dengan alasan apapun, membawa anak-anak dalam hingar-bingar kampanye, tidak dibolehkan. Bukan kita yang melarang, tapi regulasi yang tidak menyepakati hal tersebut.

Anak selalu menjadi primadona di rumah maupun di pasar. Bukti lainnya, tak sedikit anak-anak yang dibujuk rayu dan diiming-imingi mendapatkan pekerjaan yang mudah dan beroleh uang banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun