Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Make Over Rumah hingga Sosial Kemanusiaan

30 September 2020   09:24 Diperbarui: 30 September 2020   09:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Urusan make over rumah sudah bukan lagi menjadi urusan pilihan tapi sudah menjangkau pada wilayah wajib, kala sedang tak ada agenda lain ke luar rumah. Pergerakan ini biasanya kita dahului dengan diskusi ringan bersama keluarga sambal menikmati teh atau kopi panas, singkong goreng. Ketika bertiga itu ada, semua menjadi lancar dan lebih gampang disepakati.

Make over rumah dalam paragrap awal lebih pada mengubah tata letak (lay out) perkakas rumah, pindah atau geser sana-sini atau juga kadang kita menambah maupun mengurangi barang yang ada.

Jika kemudian, ada usulan menanam atau berkebun, ya kami harus menyiasati dengan bertanam ala pot maupun lewat hidroponik, karena keterbatasan lahan di kompleks perumahan.

Kami sekeluarga suka menaman dan merawat bunga dalam skala kecil juga menanam tanaman produktif untuk keperluan sehari-hari, seperti tanam cabai, pohon salam, buah nangka mini, jeruk bumbu, dll. Selain itu, di rumah kami juga berangsur bertanam tanaman obat tradisional, misalnya tanaman binahong, herbasaudah, nogosari, buah tin, dll.

Ketika kami coba dan merawat tanaman-tanaman itu berasa menentramkan, dalam imajiner kami seolah punya rumah di tepi hutan di bawah kaki bukit nan sejuk merindang tersaput angin yang sungguh-sungguh bebas dari polusi.

Kala itu pula, kami menemukan hidup yang nyaman, membawa kami terus berspirit dan kami mau hidup 1000 tahun lagi. Hehehe, jadi ingat panyair kita Chairil Anwar.  Kemudiaan pada saat lain, saat kami sekeluarga harus merepair atau merenovasi bagian rumah tertentu, maka hal itu tentu butuh budget yang tak sedikit, hal ini kami siasati dengan cara bertahap. Sedikit demi sedikit, dan seluruh anggota keluarga terlibat, urun angan dan turun tangan.

Bagian rumah yang paling sering di make over adalah kamar anak, karena masih kuliah dan barangkali biar beda juga agar membawa spirt dan motivasi belajar yang lebih nyata, sehingga mampu menjelma dalam deretan angka-angka akademik yang tak mengecewakan.

Kami sekeluarga berasa bersyukur, hidup dengan rumah mungil, namun kami selalu membiakkan ruang demokrasi yang tak mungil di sekujur rumah. Selain make over rumah, tentu kami harus konsekuen untuk selalu make over otak dan hati kami untuk lebih produktif, konstruktif dan positif. Seperti halnya dalam dunia kampus, ada rodinda di rumah, yakni romantika, dinamika dan dialektika.

Jalan Pulang

Dalam make over rumah, meski sedikit atau kecil, pada saat-saat itu, sellau melintas saudara kita yang rumahnya tak layak huni (RTLH) di sebagain desa-desa, di pinggir kota, atau di tepian rel kereta juga  rumah-rumah yang sekadar tegak yang kerap melanggar area sempadan atau tanggul sungai.

Miris juga rasanya, dan ketika itu kami sekeluarga selalu mengedukasi anggota keluarga untuk menyisihkan sebagian rejekinya untuk membantu sedulur yang masih membutuhkan. Kita pantas bersyukur, pemerintah selalu menjulurkan dana bantuan pemugaran RTLH menjadi rumah layak huni. Karena sekurangnya rumah itu mesti memenuhi 3 hak besar, yakni teknis, kesehatan dan etika.

Sudah saatnya kita tak saja make over rumah kita semata, tapi coba kita make over rumah tetangga, warga lain yang berada di level grassroots, lewat bedah rumah atau gotong royong mengubah rumah reot menjadi rumah layak huni, sehingga nasib dan masa depannya tak mencemaskan negara. Hal ini layak digelorakan, senyatanya masih banyak masyarakat yang masih berpenghasilan rendah (MBR). Sekurangnya kita make over awareness kita. Rumahku surgaku, tetanggaku penolong pertamaku.

Project sekarang ini, justru kami sedang melakukan make over rumah peninggalan orangtua yang di kampung, dan betul-betul kami rawat sebagai rumah besar yang setiap tahun sekali kami jadikan tempat berkumpul, pesanggrahan dan membuat plan-plan keluarga besar kami. Meski kami berlima pernah hidup dalam satu rumah, namun tentu  kelimanya punya catatan dan kenangan yang berbeda soal rumah orangtua kami waktu itu.

Kini, semuanya menebarkan sejumput asa dan rasa yang tak pernah senyap, lelap apalagi hilang. Ia selalu ada dan tak pernah melupakan jalan pulang. Itulah yang kelak kita sebut kenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun