Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Maskeran (Tetap) Keren

4 September 2020   17:52 Diperbarui: 4 September 2020   17:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat ini, seluruh dunia, termasuk Indonesia tengah berusaha untuk bangkit melawan pandemi Covid-19 yang penyebarannya sangat cepat dan berdampak pada hampir semua sektor kehidupan. Pandemi covid-19 belum usai, ada yang dirawat, ada yang dikarantina, ada pula yang sembuh, namun kita juga harus lapang dada atas beberapa pasien covid-19 yang meninggal dunia.

Pada umumnya, pasien kasus positif Covid-19 yang meninggal dunia, punya penyakit penyerta atau komorbid. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian dan kewaspadaan kita semua. Oleh karena itu, harapan kita semua dapat memperoleh pengetahuan tentang penyakit penyerta yang perlu diwaspadai di masa pandemi Covid-19 ini.

Hal ini sekaligus solusi untuk mengantisipasi dan menanggulanginya serta upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas. Lewat berbagai pengetahuan komorbid ini penting kita sosialisasikan kepada masyarakat, agar masyarakat juga memahami penatalaksanaan penyakit penyerta agar tetap sehat di masa pandemi.

Yang perlu kita pahami, Virus Covid-19 akan selalu ada sebagaimana virus lainnya, semua orang bisa terserang. Siapapun dapat menjadi pembawa virus, termasuk mereka yang tak menunjukkan gejala atau dikenal dengan Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka yang tanpa gejala ini berisiko menularkan virus kepada mereka yang pada dasarnya telah memiliki kondisi penyakit bawaan sehingga kemudian rentan mengalami keparahan apabila terinfeksi.

Untuk itu, kita harus memahami dan membiasakan diri dengan tatanan hidup baru (new normal), agar bisa berdamai dengan Covid-19. Bukan berarti virusnya menang dan kita pasrah. Tetapi, kita harus berubah, beradaptasi hidup normal tapi dengan standar anti Covid. Karena kita semua harus tetap beraktivitas. Petani, guru, pedagang, insinyur, tukang, ojek, penjahit, perawat dan dokter, dll harus bekerja. Siswa harus belajar. Maka dibutuhkan adaptasi terhadap Covid-19 dengan meningkatkan standar kualitas hidup.

Implementasinya, sering cuci tangan menggunakan sabun, memakai masker, menjaga kebersihan, serta meningkatkan imunitas dengan mengonsumsi makanan yang bergizi serta rajin minum vitamin. Selain itu, juga melakukan physical dan social distancing. Meeting tidak harus selalu bertatap muka.

Hari-hari ini, meskipun tidak bertemu langsung, kita tetap bisa berinteraksi dan berkomunikasi. Apalagi sekarang telah ada aplikasi-aplikasi yang memungkinkan meeting virtual. Ada Zoom, WhatsApp, Google Meet, Skype, dll. Kita bisa memanfaatkan teknologi ini untuk memperlancar aktivitas kita.

Penting juga untuk membawa hand sanitizer saat bepergian. Itu adalah cara manusia berdamai dengan keadaan. Yang disiplin akan bertahan, yang tidak disiplin mungkin akan menjalani imunisasi alami. Sakit lalu sembuh dan mendapat imun alami, atau yang dikenal dengan herd immunity.

Perlu juga kita sadari bahwa garda terdepan dalam penanggulangan Pandemi Covid-19 bukan pemerintah atau tenaga kesehatan, tetapi justru masyarakat. Dengan kesadaran dan kepedulian masyarakat, Insyaa Allah akan membantu negeri ini menghadapi pandemi virus Covid-19. Bentuk solidaritas sosial seperti yang diterapkan di Provinsi Jawa tengah adalah "Jogo Tonggo". 

Prinsip kerja yang dikembangkan adalah: untuk kemanusiaan, gotong royong, tidak permanen, hanya dilakukan saat kondisi darurat, transparan, serta melibatkan semua pihak dalam mengatasi wabah covid 19. Implementasi Jogo Tonggo ini diharapkan melibatkan seluruh sektor dengan membentuk satgas sampai di tingkat RW, sehingga diperlukan peran berbagai pihak, termasuk kita semua sebagai anggota masyarakat.

Maka kemudian, sudah selayaknya kita terus melakukan dan mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, serta tetap melaksanakan instruksi pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19.

Optimisme Baru

Seluruh daerah sudah melakukan perintah ini, dan kini intensitasnya terus mengalami penaikan, termasuk gerakan bermasker. Maka penting berkolaborasi dengan berbagai pihak dan terus mengedukasi masyarakat.

Penggunaan masker harus sudah menjadi gaya hidup kita semua sampai setiap orang punya imunitas yang lebih baik terhadap penyebaran Covid-19. Bermasker merupakan salah satu cara yang lebih efektif untuk mencegah Covid-19. Dan yang paling mudah untuk menghindari Covid-19 adalah dengan menggunakan masker dalam setiap kesempatan maupun dalam menjalankan segala aktifitas.

Maka, kita tak henti -- hentinya selalu mengajak pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengkampanyekan gerakan tertib memakai masker. 

Mengapa pakai masker? Karena ini adalah upaya minimal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menekan penyebaran. Resiko penularannya bisa ditekan mencapai 75% apabila masyarakat tertib menggunakan masker. Menggerakkan masyarakat untuk pakai masker jauh lebih murah, daripada biaya untuk mengobati. Tidak hanya mengandalkan Anggaran negara, patut dicontoh dalam menangani pandemi COVID-19 yakni dengan menggerakkan banyak sektor sehingga bisa optimal.

Selama ini, bantuan banyak berdatangan dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, instansi, masyarakat, hingga para filantropi atau aktivis kemanusiaan. Mau sebesar apapun anggaran yang digelontorkan pemerintah, jika masyarakatnya tidak berhati-hati itu akan percuma.

Selain itu, dengan menggunakan masker, kurva penularan covid-19 menurun 50-60 persen. Penurunan tersebut bisa terjadi apabila masyarakat menggunakan masker dengan cara yang benar. Oleh sebab itu, selain mengajak dan mensosialisakan gerakan menggunakan masker saya minta agar masyarakat diajarkan juga cara memakai masker dengan baik dan benar. Masker jangan dipakai dibawa hidung atau dibawa mulut, tapi digunakan untuk menutupi hidung dan mulut.

Dengan kepedulian masyarakat dalam menggunaka masker maka semangat kegotong royongan disaat menghadapi Pandemi Covid-19 terwujud. Upaya-upaya melawan pendemi ini harus terus kita kobarkan dengan berlandaskan nilai-nilai kegotong-royongan dan kebersamaan. Semua pihak harus bergerak seiring sejalan saling bergandengan tangan melewati ujian pandemi ini.

Marilah tumbuhkan semangat dalam diri dan tularkan optimisme kepada semua orang bahwa bersama kita bisa melewati tantangan Covid-19 ini. Jangan putus asa dan menyerah. Mari bergandeng tangan, dan berhimpun 10 jari kepada Illahi dan menjulurkan kemanusiaan kita untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun