Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Santri (Juga) Penjaga Pancasila

2 September 2020   13:43 Diperbarui: 2 September 2020   13:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah ujian pandemi covid-19 ini sudah selayaknya kita teguhkan kembali semangat perjuangan untuk negara dan bangsa, yang mengingatkan kita akan sebuah resolusi jihad para kyai dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.

Kita bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah. Pemerintah telah memberikan penghargaan dan apresiasi atas peran historis para santri dalam perjuangan kemerdekaan.

Kala itu, tanggal 17 September 1945, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad bahwa "Memperjuangkan tanah air sebuah ijtihaj bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fisabilillah". Fatwa ini merupakan penjelasan atas pertanyaan Presiden Sukarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam.

Tanggal 21-22 Oktober PBNU menggelar rapat konsul NU se Jawa -- Madura. Hasilnya, keluar resolusi jihad sekaligus yang menguatkan fatwa jihad KH. Hasyim Asyari.

Fatwa resolusi jihad berisi : "Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe 'ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)..."

Artinya resolusi jihad lahir dari sebuah semangat luar biasa dari tokoh agama (muslim) dan juga  tokoh nasionalis/politik bangsa. Itulah kebersamaan yang sudah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa.

Kebersamaan tokoh agama dan tokoh politik, selain pada sejarah hari santri juga kita rasakan betul dari lahirnya Pancasila. Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.

Kata Pancasila pertama kali diucapkan oleh Soekarno di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.

Pada perkembangannya, pada sidang PPKI disepakati Penghilangan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu  Berdasarkan kepada Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi "berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Disitu KH. Wahid Hasyim berusaha meya-kinkan Ki Bagus Hadikusumo agar bisa menerima perubahan-perubahan. Jadi kehadiran KH. Wahid Hasyim pada detik-detik jelang perubahan sila pertama itu memiliki arti yang sangat penting dalam relasi Islam dengan agama-agama lain, maupun pada kaitannya dengan pengokohan nilai-nilai kebangsaan.

Jadi, kebanggaan kita kepada santri, adalah keikhlasannnya memberikan kontribusi bagi pertiwi. Para santri adalah aset bangsa ini, yang akan selalu mampu memberi warna keindahan dan kebersamaan dalam ke-Bhinneka-an.

Hari ini kita mengajak kaum santri dan seluruh komponen masyarakat untuk mempererat persaudaraan, dan memperkuat tenun kain kebangsaan melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila. Terhadap mereka yang anti Pancasila, bersama mari kita : Lawan.

Radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi Negara kita. Para santri harus ikut berperan serta untuk melawan aksi-aksi ini. Tolak ajara-ajaran yang menyesatkan. Belajar dengan sebaik-baiknya berbasis Pancasila dan NKRI serta berawawasan perdamaian dan kemanusiaan untuk persatuan negeri.

Jadi melalui pendidikanlah, mari kita putus mata rantai jaringan terorisme. Melalui pendidikan, kita perkuat persatuan dan kebersamaan untuk meng-hadapi setiap ancaman terhadap ke-Bhinnekaan bangsa. Dan, para santri harus menjadi teladan dalam penerapan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, damai dan penuh budi pekerti.

Tak kalah hebatnya, kita kampanyekan gerakan anti narkoba dan pornografi. Kita sebarkan informasi positif sebagai perlawanan terhadap hoaks. Budaya literasi, semangat gemar membaca juga harus terus dikembangkan agar tidak mudah percaya begitu saja terhadap informasi yang belum jelas kebenarannnya.

Life Skill

Dalam hal menggumuli Revolusi industri 4.0 maupun bonus demografi, kita pacu para santri untuk terus meningkatkan keterampilan, kecakapan pada penguasaan teknologi, serta kreativitas dan inovasi. Ke depan semua akan serba digital, semua on line.

Modal penguasan teknologi penting, agar kita mampu bersaing dengan Negara lain. Kita atau kaum muda mesti berani untuk memulai berwirausaha. Keberanian berwirausaha akan membentuk karakter mandiri, ulet dan berdaya saing tinggi.

Ingat, Nabi Muhammad juga pengusaha hebat yang memulainya dari zero. Maka kemudian, mulai hari ini dan ke depan semestinya menjadi momentum peneguhan untuk mengokohkan semangat menorehkan karya dan prestasi bagi negeri.

Yang harus para santri lakukan dalam era milenial sekarang ini, yaitu memiliki berbagai life skill yang mumpuni seperti skill entrepreneur dan terampil dalam melihat peluang bisnis. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar diiringi laju pertumbuhan ekonomi yang pesat serta menjamurnya start-up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspon juga dengan sigap oleh kalangan santri.

Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan agama saja, akan tetapi harus sukses juga dalam entrepreneur. Ayo para santri Indonesia, terus berkarya, berprestasi, inovatif dan kreatif. Upgrade terus skill yang ada, sehingga menjadi Santri yang berkualitas, berintegritas, serta berakhlak mulia.

Dengan kemampuan yang dimiliki, seorang santri harus mampu menyebarkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai ke-Islam-an yang rahmatan lil alamin serta nilai-nilai Pancasila kepada rekan dan masyarakat.

Bangsa ini selalu menantikan peran santri mampu menorehkan sejarah bagi negeri ini. Untuk itulah, mari kita kokohkan tonggak semangat Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Kita rapatkan barisan dan kuatkan persatuan kesatuan dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa kita ini. Sambil mengaji kita suci, mari kita mengkaji berbagai persoalan negeri untuk mendapatkan solusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun