Optimis
Tak ada yang susah melunasi utang, asalkan kita konsisten dengan perjanjian diri kita, komitmen kita. Utang menjadi susah alias berasa berat dan susah sepertinya tak pernah lunas-lunas, hanya karena gaya hidup kita yang terus kita naikkan, tanpa pernah mau melihat mutu hidup kita sesungguhnya.
Harus ditegaskan, utang harus dibayar, jangan sampai mengganjal dan membebani hitungan amal kita di hari akhir. Utang tetap utang sebelum ia tertunaikan lunas tuntas.
Membaca utang kita, melihat utang kita membawa kita pada step mengenang masa-masa heroik berjibaku memperjuangkan satu cita-cita, betapa kita pernah jatuh dan belajar bangun untuk bangkit.
Sebagai buruh negara, saya juga punya utang tapi tak pernah merasa susah melunasinya. Saya biarkan hingga waktunya, bahkan sebelum jatuh tempo pun acap ditawari untuk mengambil utang lagi.
Saya nggak pernah mikir utang, karena utang itu sudah ada yang mikir, yakni bendahara gaji tempat kita bekerja. Kita silakan tusi itu berjalan apa adanya. Utang, nggak usah pusing. Pasti lunas. Lunas-lunas.
Begitu juga dengan utang luar negeri kita yang sudah menempati angka 404,7 milyar USD atau Rp5.868,15 triliun (kurs Rp14.500)
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Mei 2020 tembus sebesar 404,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.868,15 triliun (kurs Rp 14.500), seperti  yang dilansir kompas.com (17/7/2020) Dipastikan lunas (juga).Â
Apalagi utang kita yang jauh banget di bawahnya. Gitu aja kok repot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H