Santai saja bro n'sis
Setiap orang punya utang. Gak pejabat tidak rakyat pastilah memiliki utang. Utang tak mesti berupa uang, tapi bisa juga sebentuk kebaikan yang tak pernah terbayar dengan cara apapun.
Nah, jika hari ini kawan-kawan merasa punya hutang, nggak usah khawatir, karena rekan-rekan yang bernasib sama jauh lebih banyak. Hal ini bukan untuk memompa kalian untuk menggemukkan utang lagi. Bukan.
Tapi lebih pada memberi virus dan vaksin optimisme meski dalam balutan utang yang bahkan beranak pinak tak kunjung tertunaikan lunas. Barangkali dalam perhitungan bendahara gaji, utang tersebut satu-satu akan lunas dengan sendirinya tepat pada bulan paripurna. Bulan dimaksud bukan rembulan yang bulat penuh bercahaya tapi bulan jatuhnya tempo pensiun sebagai ASN, karyawan maupun profesi lainnya.
Kita tak perlumalu punya utang. Secara matematika dengan gaji dan pendapatan resmi kita tak bisa membeli rumah, kendaraan, dll, tapi lewat cara utang semua itu bisa dilalui dengan jalan damai bahkan memberikan suntikan spriit yang luar biasa yang membawa kita bergiat berkerja, tidak ogah-ogahan. Itu tentu saja pandangan bagi orang-orang yang jauh melihat ke depan. Tapi tentu saja, masih ada orang yang berpendapat utang itu hanya akan menjagal masa depannya.
Keduanya mungkin benar dengan argument masing-masing. Utang menjadi boomerang dan penjajah bagi kita ketika kita bersemangat utang tapi pendapatan kurang bahkan minus. Kita berjuang habis-habisan menaikkan mutu dengan membeli barang-barang mewah dan berkelas tapi dengan cara utang. Ini yang namanya, besar pasak daripada tiang.
Kita tak boleh memaksakan kehendak, meski hidup itu jer basuki mowo beo. Utang, sah-sah saja jika kita masih punya dana yang diandalkan untuk mengangsur atau menebusnya. Tanpa modal tersebut, jangan harap hidup kita bisa nyaman.
Sesungguhnya, jika memang hobi utang, setiap wakttu digelar, kita diiming-imingi dengan bonus, hadiah atau merchandize yang tak murah jika bergabung dan memanfaatan kesempatan berutang pada beberapa gelaran "perutangan."
Ada bank thitil, ada bank pelat merah, ada bank partikelir, koperasi, BPR, BKK, gadai, ijon bahkan belakangan terbit model-model financial technologi (fintek) baik yang legal maupun illegal, dll. Kita tinggal pilih mana suka. Sederet lembaga keuangan tersebut siap menyelesaikan probelamatik keuangan kita dengan sempurna.
Jika kita bisa survive tanpa utang, alhamdulillah, tapi jika kita bisa lebih survive hidup dengan memastikan jalan utang, rasanya tak masalah. Why not? Hidup itu lingkaran-lingkaran pilihan.
Utang akan menjadi cahaya kala perencanaan kita tepat, dan utang sebaliknya akan menjadu benalu atau parasit dalam kehidupan kita, saat sang pengutang selalu memekarkan sekujur utang tanpa kendali dan hanya berburu nafsu.
Optimis
Tak ada yang susah melunasi utang, asalkan kita konsisten dengan perjanjian diri kita, komitmen kita. Utang menjadi susah alias berasa berat dan susah sepertinya tak pernah lunas-lunas, hanya karena gaya hidup kita yang terus kita naikkan, tanpa pernah mau melihat mutu hidup kita sesungguhnya.
Harus ditegaskan, utang harus dibayar, jangan sampai mengganjal dan membebani hitungan amal kita di hari akhir. Utang tetap utang sebelum ia tertunaikan lunas tuntas.
Membaca utang kita, melihat utang kita membawa kita pada step mengenang masa-masa heroik berjibaku memperjuangkan satu cita-cita, betapa kita pernah jatuh dan belajar bangun untuk bangkit.
Sebagai buruh negara, saya juga punya utang tapi tak pernah merasa susah melunasinya. Saya biarkan hingga waktunya, bahkan sebelum jatuh tempo pun acap ditawari untuk mengambil utang lagi.
Saya nggak pernah mikir utang, karena utang itu sudah ada yang mikir, yakni bendahara gaji tempat kita bekerja. Kita silakan tusi itu berjalan apa adanya. Utang, nggak usah pusing. Pasti lunas. Lunas-lunas.
Begitu juga dengan utang luar negeri kita yang sudah menempati angka 404,7 milyar USD atau Rp5.868,15 triliun (kurs Rp14.500)
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Mei 2020 tembus sebesar 404,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.868,15 triliun (kurs Rp 14.500), seperti  yang dilansir kompas.com (17/7/2020) Dipastikan lunas (juga).Â
Apalagi utang kita yang jauh banget di bawahnya. Gitu aja kok repot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H