Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mendesakan ASN Non-Produktif

11 Agustus 2020   10:54 Diperbarui: 11 Agustus 2020   10:56 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yang perlu ditegaskan, jangan sampai kiriman ASN low produktif ini berimpresi desa hanya sebagai lokus atau tempat pembuangan. Sehingga penting kiranya membekali ASN non produktif ini dengan beragam diklat yang relevan dengan jobdesk yang bakal diampu di wilayah pedesaan nanti, misalnya profesi guru atau penyuluh pertanian, dll. Dengan demikian, masih relevankan model sertifikasi dalam konteks ini.

Kita tak ingin dropping para ASN pusat ini kelabakan di desa "baru," dengan stigma tak produktif melekat secara kontinyu. Kita sungguh ingin menghapus label tak produktif tersebut yang secara psikologis menjadi beban moral bagi ASN ini juga desa nantinya.

Punishment dan Reward

Untuk itu, mesti dibenahi pola pembinaan dan karier yang jelas. Artinya, sepertinya semakin seseorang bertahan dalam satu pekerjaan tertentu selain muncul kebosanan, juga tak sehat bagi karier seseorang. Karena makin lama di zona nyaman, maka ia akan berpotensi melakukan disintegritas.

Kemudian, ketika ada ASN yang kinerjanyan buruk dan atau tidak produktif, sejatinya yang mesti dibuka adalah kinerja institusi terkait tersebut. Mestinya tak ada ASN non produktif, bagaimana seseorang berlomba mengisi waktu bukan membunuh waktu, bagaimana ASN bukan sibuk mencari tambahan penghasilan tapi terdapat jaminan kesejahteraan yang sepadan. Bagaimana lembaga mampu mengusung job-job yang menggembirakan dan ada tantangan.

Model punishment dan reward barangkali perlu diotimalkan, bagaimana nilai intistusi mengubah non produktif ke produktif, dari apatis menjadi kreatif, dari involusi menjadi inovasi, dll. Ini bagian PR kita merepair ASN lemah ini menjadi gagah dalam kesahajaan.

Kita tak ingin desa hanya menjadi tempat mengeja salah, menimba pundi-pundi yang tak produktif. Barangkali ke depan, desa jauh akan lebih senang kala didropping ASN yang bermutu. Artinya, secara pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya layak menjadi panutan dan sebagai salah satu sumber belajar di desa. Selain itu, kiriman ASN ini juga harus berkemampuan membawa virus dan vaksin perubahan produktif bagi desa dan kedesaan.  Desa mesti lebih bercahaya ketimbang Jakarta. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun