Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekali Lagi, Joko Tjandra

5 Agustus 2020   17:09 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:10 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika fisik sampah di negeri ini selalu kita optimalkan, berdayakan menjadi komoditas yang bernilai tambah, seperti dibuat pembangkit listrik tenaga sampah atau pernak-pernaik kerajinan tangan UMKM yang berharga tinggi di saat pameran on line maupun of line.

Tapi perilaku dan aksi salah kaprah Joko Tjandra yang menyampah telah menghempaskannya pada titik balik yang berada level paling rendah. Serendah-rendahnya manusia, karena secara tak langsung ia pun juga menghisap uang negara ya uang rakyat.

Dialah predator kampiun yang memang sudah seharusnya berakhir dan diakhiri kisahnya dalam jagat dunia koruptor. Jika harus dikatakan, sepak terjang Joker ini sudah melukai bahkan menyakiti rakyat. Ia Kaya tapi miskin. Miskin integritas, nihil sense of crisis. Rompi orange rupanya menjadi bagian pledoi kala menjawab pertanyaan kawan media.

Maka kemudian penting kita daraskan pasokan pengetahuan, informasi bahkan dampak dan bahaya perilaku korupsi bagi masa depan negeri ini. Membangun orang-orang jujur memang tak mudah, tapi semua itu menjadi tantangan kita bersama.

Bagaimana sekurangnya anak-anak yang masih duduk di bangkus ekolah dan kuliah tak terintrusi praktik-praktik kotor korupsi, gratifikasi dan pungli.

Pendidikan menjadi panasea mencegah praktik gelap korupsi. Edukasi dan jejak moral yang kita tawarkan sejak dini, dan barangkali akan menggenang hingga nanti, yakni tak mencontek, tak menyogok guru/dosen/polisi, tak menggabrul, tak berjoki, tak membeli bocoran soal, tak memalsu nilai akademik, tak memalsu tandatangan, tak bertransaksi jabatan, dll.

Pertanyannya kemudian adalah apakah sejatinya Joker dkk itu sedang memainkan peran Robin Hood  ataukah Zoro yang bersedia mengorban harta dan dirinya untuk kepentingan rakyat yang membutuhkan.

Penggerak Anti Korupsi

Barangkali kedua peran itu dimainkan secara parsial atau agregat dalam kemasan yang begitu cantik, sehingga masyarakat kadang tak percaya jika mereka melakukan korupsi, karena ia baik dengan masyarakat, suka membantu dan ringan tangan.

Korupsi yang dibungkus kebaikan, seperti menyantuni, membantu dan menolong orang miskin sesungguhnya hanya kamuflase atau topeng belaka. Masyarakat acap tak sadar kalau dana yang dicuri, dikorupsi itu miliknya, jatahnya.

Korupsi sangat jelas telah merugikan keuangan negara. Akibatnya, keuangan negara yang seharusnya lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan rakyat menjadi semakin berkurang. Anggaran keuangan negara melalui APBN/APBD, yang dari tahun ke tahun masih sangat terbatas menjadi semakin terbatas kemampuannya saat dana itu banyak dikorupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun