Ada pula para sepesialis profesi penyembelih hewan kurban dengan rerupa keahliannya dalam hari raya Idul Adha plus 3 hari tasriknya bisa menghasilkan pundi-pundi ekonomi yang cukup fantastis, apalagi dirimbunnya orang yang terkena PHK maupun bangkrut atau tutupnya beberapa usaha ekonomi produktif.
Untuk kelas desa atau kampung, mereka ini bisa meraup sekira Rp 50 ribu per ekor. Padahal dalam sehari bisa menyembelih hewan kurban dalam jumlah tak sedikit dan barangkali sudah dibooking untuk berpindah tempat pula.
Asa Baru
Tak ketinggalan, profesi tukang kelet (menguliti) hewan kurban. Tarifnya pun lumayan ketimbang hanya menjadi Pak Ogah. Jumlahnya personilnya jauh lebih banyak daripada pemotong/penyembelih hewan kurban. Oh iya, masih ada profesi pengepul atau pembeli kulit hewan kurban. tahun ini kulit kambing di area penulis hanya dihargai Rp 5 ribu - Rp 10 ribu dan kulit sapi cukup ditera Rp 25 ribu. Entahlah mereka kala direseler.
Selain pemanen rejeki atas hari raya kurban ini, masih ada satu profesi lagi yang memang dulu tak dikenal dan taka da hubungannya dengan Idul Adha. Namun belakangan pekerjaan satu ini justru laku keras di lapangan.
Dia adalah tukang las yang kerja sehari-harinya mengelas, membuat insfrastruktur yang berbahan baku dari besi, plastik, aluminum, baja, dll. Tapi lagi-lagi, Hari ini, hari Idul Adha berikut tasriknya tukang las ini laris manis dengan order menghilangkan bulu pada kepala hewan kurban, Â seperti kepala kambing/domba atau kepala sapi/kerbau, dll, yang sudah dipotong dengan cara memanasinya lewat semburan mesin las.
Ongkos atau uang lelah mereka pun cukup bagus. Sehari lampau seorang tukang las berkisah bahwa ia mematok tariff Rp 25 ribu/kepala kambing dan Rp 50 ribu/kepala sapi. Kita asumsikan, di lingkungan tersebut diambil minimal saja, misalnya 10 ekor kambing dan 10 ekor sapi, maka penghasilannya dalam sehari sekira Rp 250 ribu -- Rp 500 ribu. Aseek, bukan.
Sebuah angka yang berkilau. Itulah bagian mata sekaligus matra ekonomi baru Idul Adha. Semoga Idul Adha selalu memberikan asa bagi sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H