Kemurungan ini sekurangnya menjadi titik tolak baru pemerintah bersama masyarakat membangun pengelolaan sampah menuju Indonesia Bersih, Indonesia Maju dan Indonesia Sejahtera.
Pengelolaan sampah sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang menjadi PR kita bersama. Banyak daerah yang saat ini masih menggunakan metode Penimbunan (Land Fill) dalam mengelola sampah di daerahnya.
Konsekuensinya metode tersebut lahan yang dibutuhkan sangat luas, proses pengurangan sampah sangat lambat, menghasilkan cairan yang dapat mencemari air disekitarnya dan menghasilkan gas metana yang berpotensi membahayakan lingkungan sekitar.
Setaik nafas dengan kemajuan teknologi, pengelolaan sampah yang lebih baik dan mampu meminimalisir efek samping sampah, bahkan mampu menghasilkan output yang bermanfaat serta mempunyai nilai ekonomis. Dengan menggunakan sistem pengolaan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) ini, selain membutuhkan lahan yang sedikit dan fleksibel, proses penguraian sampahnya juga sangat cepat.
Alternatif Sumber Energi
Pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia, yang dahulu bernama PT Holcim telah siap sampah menjadi briket berlokasi di Cilacap. Briket yang dihasilkan dari sampah cukup bagus, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara.
Korporasi pengolahan sampah RDF ini sudah melakukan trial dan hasilnya cukup bagus, dengan hasil uji coba briket ini memiliki kapasitas 3000-4000 kalori. Setelah proyek ini diresmikan, kami siap menampung sampah dari Cilacap dan mengubahnya menjadi briket untuk keperluan bahan bakar perusahaan.
Dengan mesin hibah dari pemerintahan Denmark yang digunakan saat ini, pihaknya mengatakan mampu menampung 150 ton sampah perhari untuk dibuat briket. Bahkan jika dioptimalkan, perusahaannya bisa menampung sekitar 500-600 ton sampah perhari. Bahkan jika nanti bisa menambah alat lagi, perusahaan kami bisa menampung 1000 ton sampah perhari. Tentu ini akan mengatasi persoalan sampah di daerah.
Sebenarnya ada dua proyek besar di Jateng yang fokus dalam hal pengolahan sampah. Pertama adalah proyek pengolahan sampah menjadi gas metan di Semarang dan kedua pengolahan sampah menjadi briket di Cilacap. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menegaskan, apabila proyek pengolahan sampah menjadi briket di Cilacap ini berhasil, maka pihaknya akan membuat replikanya di sejumlah daerah lain.
"Kalau ini sudah jalan dan hasilnya bagus, kelak harapan kami bisa lebih besar lagi. Dan ada peluang bagi PLTU di Jateng untuk menggunakan produk briket dari sampah ini, sehingga nanti pengolahan sampah bisa lebih optimal di Jateng," tegasnya.
Patut dicatat, pengolahan sampah RDF juga tidak menimbulkan limbah cair karena sampah organik habis dibakar. Fasilitas RDF ini diprediksi mampu mengolah sampah sebanyak 150 ton per hari. Output-nya dari sistem pengelolaan sampah RDF ini adalah 30-40 ton briket yang merupakan bahan penganti batu bara. Tidak hanya itu, sistem RDF ini juga mampu menurunkan emisi sebanyak 19.000 ton CO2e dan juga menurunkan emisi gas metana.