Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberdayakan Lansia Merayakan Cinta

21 Juli 2020   13:29 Diperbarui: 21 Juli 2020   14:01 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi covid-19 berdampak pada penduduk global secara drastis, dan terhadap berbagai aspek kehidupan. Banyak negara menghadapi ancaman penyakit ini, dan terjadi pada semua kelompok umur, terutama pada kelompok umur tua atau lanjut usia. Kita punya orangtua, kakek-nenek, guru, kiai, dll. Kita pun kian menua dan menjadi lansia.

Lansia menghadapi risiko yang signifikan terkena penyakit virus corona ini, apalagi jika mereka mengalami gangguan kesehatan seiring dengan penurunan kondisi fisiologi.

Selain itu, Lansia lebih rentan terpapar virus. Mereka pun harus tetap tinggal di rumah lebih lama. Tidak ada yang tahu kapan pandemi virus mematikan ini akan berakhir. Karena itu, kita harus memastikan lansia harus sehat dan bahagia meski harus berdiam diri dirumah.

Sangat penting bagi pemerintah terkait pandemi ini, dengan mendukung lanjut usia, keluarga dan pengasuhnya. Pada kondisi pandemi seperti ini, lansia memerlukan perlindungan, dan akses terhadap makanan bergizi, ketersediaan kebutuhan dasar, uang, obat-obatan untuk mendukung kesehatan fisik, dan perawatan sosialnya. Selain itu, lanjut usia memerlukan akses terhadap informasi yang akurat, terutama terkait menjaga kesehatan fisik dan mental selama pandemi.

Dalam lima dekade terakhir, populasi lansia Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi 9,6 persen, atau sekitar 25 juta pada 2019. Piramida penduduk yang dulu runcing di atas, sekarang semakin melebar di bagian puncaknya.

Diperkirakan, pada tahun 2035 akan menjadi sebanyak 48 juta orang (15,77 %). Kesehatan pun menjadi aspek penting demi meningkatkan kualitas hidup lansia, apalagi di tengah pandemi saat ini.

Dampak pandemi covid-19 tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

Dalam menghadapi pandemi, tentu diperlukan manajemen pandemi dan peran dari masyarakat. Manajemen pandemi terbagi menjadi tiga poin penting, yaitu to prevent, to detect, dan to response.

Ketiga poin tersebut tak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Tentu ketiga poin tersebut harus bisa dilakukan mulai dari masyarakat, tenaga kesehatan, birokrasi dan dunia usaha, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat.

Pemprov Jateng telah mencanangkan Gerakan Jogo Tonggo dalam upaya penanganan pandemi covid-19 sebab penanganan terhadap dampak ini tidak bisa diselesaikan dengan cara konvensenional.

Istilah Jogo Tonggo secara denotatif bisa berarti menjaga tetangga. Pada praktiknya, 'Jogo Tonggo' mencakup dua hal, yaitu jaring pengaman sosial dan keamanan, serta jaring pengaman ekonomi.

Pelaksanaan gerakan ini adalah dengan membentuk satgas yang bertugas untuk memastikan bahwa warga secara bergotong royong melawan penyebaran dan penularan covid-19 di wilayahnya, sekaligus memastikan dukungan dari luar wilayahnya untuk melawan pandemi ini tepat sasaran dan tepat guna.

Gerakan strategis selama masa pandemi ini salah satunya diprioritaskan kepada para warga lanjut usia (lansia) maupun para  warga (ibu) yang sedang hamil dan ibu yang sedang menyusui. Lansia kenapa perlu diperhatikan, karena mereka sangat rentan dan ibu menyusui penting karena mereka sedang merawat calon generasi penerus, jangan sampai anak-anak stunting karena kurang gizi akibat pandemi.

Dr Ir Diah Krinatuti MS, Dosen dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB, menyebutkan tips lansia sehat dan bahagia di masa pandemi corona, antara lain : selalu tenang dan berpikir positif, menunda jadwal periksa jadwal rutin ke dokter, minum vitamin, mengatasi rasa bosan dan kesepian, tetap aktif bergerak, menikmati hidup dengan menjalankan hobi, sabar dan terus berdoa, giat berolahraga ringan, dll.

7 Dimensi

Direktur Pusat Kajian Keluarga dan Kelanjutusiaan Universitas Respati Indonesia Jakarta, Sudibyo Alimoeso, seperti dilansir Tempo.co, (14/6/2018), mengungkapkan, Lansia itu dalam menjalani sisa waktunya sekurangnya menggenggam 7 dimensi kehidupan. Dimensi Spiritual.

Dimensi spiritual bisa diperkuat dengan mendekatkan diri dalam kegiatan rohani. Dengan begitu, lansia bisa lebih tawakal dan lebih wise. Dimensi Intelektual. Melatih unsur intelektual mereka.

Salah satu caranya adalah dengan mengisi teka teki silang, bermain catur, atau bahkan mengajak bermain kartu remi. Kegiatan sederhana itu bisa bantu agar kemampuan otak lansia tidak menurun, karena mereka terus diajak berpikir. Dengan kegiatan itu, otak lansia jadi aktif terus.

Dimensi lainnya, yakni dimensi hobi. Mengembangkan hobi sangat penting bisa membantu masyarakat lansia tetap gembira dan hal itu bisa mengurangi berbagai penyakit psikis yang bisa dialami masyarakat lansia.

Kemudian ada dimensi vokasional. Dengan mengembangkan keahlian (menulis, mengajar, melukis, menganyam, dll), para lansia akan merasa tetap berguna sehingga merasa bangga dengan tetap eksis atas keahliannya di masyarakat.

Tak kalah penting adalah memekarkan dimensi sosial. Mengembangkan dimensi sosial, maka perlu bergaul dan memiliki banyak teman seusianya. Misalnya, arisan, reuni, dll. Jangan dilarang, bisa terpuruk.

Selanjutnya, tak mengabaikan juga soal dimensi lingkungan. Lansia penting punya lingkungan yang ramah lansia. Misalnya, bagi lansia yang mengenakan kursi roda perlu diberikan jalan yang tidak bertangga.

Contoh lain, di toilet rumah, bisa ditambah pegangan karena dikhawatirkan para lansia memerlukannya untuk menyangga tubuh. Dimensi lingkungan itu penting untuk dipikirkan bersama demi mendukung para lansia melawan covid-19.

Semoga momentum pendemi ini dapat menyadarkan sekaligus menyegarkan kita semua. Agar lansia, tidak menyia-nyiakan waktu yang ada dalam mengisi hari. Hal ini bukan berarti waktu bagi kita berakhir.

Banyak hal yang masih bisa kita lakukan untuk memberikan yang terbaik bagi sesama, bagi keluarga, bagi masyarakat maupun bangsa dan negara, tentu saja dengan kompetensi kita masing-masing. Jangan menyerah dan tetap semangat menapaki hari tua!

Tua bukanlah beban, justru kita harus semakin berdaya guna, semakin sehat, mandiri untuk memberikan warisan kearifan dan pengalaman berharga yang dapat diteladani oleh kaum muda yang bermanfaat baik di masa kini maupun masa yang akan datang.

Marilah kita tumbuhkan semangat dalam diri dan menularkan optimisme kepada semua orang bahwa bersama kita bisa melewati tantangan covid-19 ini. Jangan putus asa. Caption romantis Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo pada akun medsosnya, "Kita boleh menua, tapi cinta tak tersentuh usia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun