Lebih jauh, Pancasila sebagai ideologi negara hingga hari ini sudah final, namun berbagai ujian dari kelompok anti Pancasila atau parasit kebangsaan terus menerpa. Di era keterbukaan dan kebebasan berpendapat, penyebaran isme maupun ajaran yang berseberangan Pancasila dan UUD 1945 secara viral saat ini cenderung dikemas dan disisipkan dalam berbagai bentuk.
Diantaranya, buku, film, berita hoax dan pabrikasi ujaran kebencian lain. Juga kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama berpotensi mengganggu persatuan dan kesatuan yang berdampak pada disintegrasi bangsa. Maka, Satpol PP Goes To School ini bakal menjadi nutrisi sekaligus martir baru bagi pelajar sekolah/madrasah untuk mengikis berbagai ancaman itu.
Satpol PP Goes To School ini juga bisa menjadi starting point bagi jajaran institusi penegak perda dalam menerjemahkan, menafsirkan dan mengimplementasikan regulasi tentang Pemda. Apa yang dilakukan dan perbuat Satpol PP Jateng ini tentu juga seturut dengan upaya membangun integritas bangsa ditetumpukan pendidikan karakter yang disorongkan pemerintah.
Ketika Satpol PP bermitra dengan sekolah ada banyak hal yang bisa diraup, diantaranya menambah wawasan siswa, mendorong dan menggerakkan siswa untuk lebih mencintai NKRI juga merawat keragaman di tengah beragamaan. Harapan lainnya adalah angka kenakalan remaja melorot. Selain itu, juga tidak melupakan arus besar lifelong education bagi siswa.
The Mother of Man
Paradigma baru Satpol PP ini dapat menjadi momentum mawas diri bagi institusinya untuk melakukan autokritik. Sudah saatnya Satpol PP berubah menuju Satpol PP yang kreatif, inovatif dan transformatif. Juga anti korupsi, gratifikasi dan pungli. Dalam konteks ini, revolusi mental perlu digelorakan terus jangan sampai diinterupsi.
Pendekatan budaya layak diketengahkan, bagaimana transformasi sosiokultur masyarakat mengkonkret tanpa reserve, tanpa harus diawasi dan dengan kerelaan penuh, sehingga bertumbuh nilai-nilai ketaatan, kepatuhan dan kebersamaan secara organik menjaga, merawat dan menegakkan perda maupun tatib sekolah.
Kita menerima Satpol PP apa adanya, tapi kita tidak membiarkan Satpol PP seadanya. Meskipun sebagai penegak perda, harus dihindari mindset merasa di atas angin atau dekat dengan elit. Justru di sinilah Satpol PP mesti mewakafkan dirinya sebagai sosok pelindung, penjaga dan perawat yang teduh bagi kokohnya perda dan tranmas.
Satpol PP hari ini adalah sosok yang tegas bukan kasar, berwibawa tanpa jumawa, melayani bukan memaki, membantu dan memandu bukan mengganggu, memberdayakan bukan mempedaya, preventif bukan represif, konstruktif bukan distruktif, solutif bukan parasit, bisa merasa bukan merasa bisa. Intinya Satpol PP hari ini adalah Satpol PP yang genial.
Intimitas dalam Satpol PP Goes to Scholl, kita serasa menemukan kembali sosok Satpol PP yang dekat, hangat dan bersahabat dengan masyarakat. Sekarang pelajar/siswa tak perlu takut, lari dan umpet-umpetan tatkala berhadapan dengan Satpol PP.
Karena Satpol PP hari ini adalah sosok yang teduh, humanis dan friendly juga selalu membawa suasana sekaligus sensasi yang lebih berwarna, lebih fun. Ke depan Satpol PP harus mampu menjadi The Mother of Man, ibu dari PKL, PNS, mahasiswa, pelajar/siswa, buruh, petani, nelayan juga seluruh elemen masyarakat dalam menguatkan, menegakkan perda dan ketenteraman, keamanan masyarakat.