Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Digitalisasi Petani

1 Juli 2020   18:28 Diperbarui: 1 Juli 2020   18:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara kemajuan teknologi, semua komponen bangsa memang harus siap, tak terkecuali Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian. Arah pengelolaan pertanian saat ini sudah pasti harus menyesuaikan perkembangan zaman yang trend adalah digitalisasi. Maka, pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.

Konsep pengembangan pertanian harus adalah konsep pertanian cerdas, smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian, yang ekspektasinya untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuan-titas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Pada era teknologi dan pandemic ini, SDM pertanian diharapkan mampu mengembangkan pertanian dengan peralatan-peralatan berbasis digital untuk memaksimalkan pekerjaan manusia (petani) itu sendiri.

Teknologi mobile dapat digunakan sebagai inovasi pertanian. Hal ini diharapkan untuk meningkatkan peluang para petani dalam mengakses berbagai informasi yang berkaitan dengan komoditas pertanian. Misalnya, harga bibit, harga komoditas di pasar, prediksi masa tanam, pemasaran produk pertanian, dan se-bagainya.

Pemanfaatan teknologi mobile untuk meningkatkan kualitas sektor pertanian, bisa dilakukan dalam proses on farm dan off farm. Dalam proses on farm, aplikasi digital digunakan untuk mengontrol tanaman dari jarak jauh, sehingga pengawasan terhadap tanaman dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun.

Salah satu contohnya adalah penggunaan kamera CCTV. Cara lain yang mulai sudah dan tarsus digencarkan adalah penggunaan kamera drone untuk mengawasi lahan pertanian. Untuk proses off farm, aplikasi digital dapat digunakan dalam proses pemasaran dan penelusuran rantai distribusi. Dengan adanya penelusuran, transparansi pada rantai produksi pertanian akan menjadi lebih baik.

Penerapan teknologi pada sektor pertanian dicirikan dengan penerapan teknologi yang terintegrasi dengan jaringan internet untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien dan berkelanjutan di semua subsistem pertanian yang mengacu kepada sistem agribisnis, dari hulu hingga ke hilir.

Penerapan Internet of/for Things (IoT) juga dapat dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis di sektor pertanian, terutama sebagai basis produksi dan distribusi. Pada subsektor produksi, pemanfaatan IoT dapat dilakukan dengan dihasilkannya benih unggul berbasis bioinformatik, pengendalian hama secara terpadu, pemupukan dan penerapan input produksi secara presisi, penggunaan smart tractor serta penye-maian benih secara otomatis.

Sedangkan pada subsektor distribusi, pemanfaatan IoT dapat diarahkan dalam rangka mewujudkan smart agroindustry dan sistem logistik pertanian digital. Inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat men-jamin transparansi dan traceability aliran produk pertanian dari hulu ke hilir.

Selain itu, petani lebih mudah dalam mengakses informasi tanpa menunggu penyuluh pertanian. Misalnya, berbagai informasi terkait varietas unggul baru yang dihasilkan dapat diakses langsung oleh petani melalui smart phone yang terhubung dengan jaringan internet. 

Demikian pula, informasi terkait metode penanganan terhadap hama dan penyakit, sehingga mempercepat penanganan terhadap serangan hama, dan mendukung produktivitas pertanian.

Berbagai kemudahan dengan adanya teknologi berbasis internet tentunya juga akan mempercepat proses bisnis di sektor pertanian, sehingga diharapkan secara bertahap dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pertanyaannya sekarang, apakah SDM petani kita telah siap bertransformasi dan melebur dalam era kini.

Maka, inilah kemudian yang menjadi tugas kita bersama, yaitu membuat petani familiar dengan teknologi komunikasi. Mungkin tidak mudah, karena sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya.

Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang optimal. Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani.

Mereka masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih atau teknologi tepat guna sekalipun. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas.

Industri Pengolahan

Di sinilah peran kita sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani dan mencetak generasi petani milenial, agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 dan pandemi.

Peran mengoptimalkan pertanian berbasis teknologi digital perlu digarap keroyokan oleh semua pemangku kepentingan dengan optimis, baik pemerintah, kalangan intelektual, maupun masyarakat. Harapannya, pemanfaatan kemajuan teknologi untuk pertanian membawa dampak positif dan kemudahan terhadap tata kelola pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara signifikan.

Upaya lain perlindungan dan pemberdayaan petani penting dilakukan. Seperti halnya di Jawa Tengah dengan Kartu Tani, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi keruwetan pemasaran pupuk yang terjadi di lapangan. Kartu Tani ini terus kita sempurnakan dengan mengintegrasikan Sistem Kartu Tani dengan Aplikasi e-Petani.

Di samping itu, kartu tani juga sudah terintegrasi dengan aplikasi berbasis web alamat regopantes.com, yang membantu petani memangkas rantai distribusi yang sebelummya sangat panjang, dan mendapatkan harga yang pantas. Inovasi seperti inilah yang harus terus kita lakukan untuk memajukan sektor pertanian kita agar kita terus berdaulat pangan dan para petani juga semakin sejahtera.

Untuk transaksi dalam skala besar Jateng punya aplikasi Eragano.  Selain itu, aplikasi Geotaging juga kita buat untuk pemetaan lahan dalam rangka mengetahui produktifitas petani. 

Ke depan kita juga akan lebih melindungi petani miskin dengan memberikan asuransi pertanian. Asuransi ini akan mengurangi beban petani dari kerugian usaha pertanian, seperti gagal panen maupun akibat musibah bencana alam, dll.

Selain menggelar pameran produk off line, juga terus melakukan penyuluhan dan pendampingan petani agar produktivitas semakin naik. Indonesia sekarang ini telah mampu mengekspor beberapa produk pertanian dan perkebunan. 

Namun yang sangat disayangkan adalah bentuk dari bahan yang di ekspor ini termasuk bahan mentah. Maka, kita dorong untuk membangun industri pengolahan produk pertanian maupun perkebunan, khususnya yang menjadi komoditas unggulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun