Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

New Norma Dulu New Normal Kemudian

17 Juni 2020   08:35 Diperbarui: 17 Juni 2020   08:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hingga kini belum ditemukan vaksin dengan standar internasional untuk pengobatan virus corona. Para ahli masih bekerja keras untuk mengembangkan dan menemukan vaksin agar bisa segera digunakan untuk pengendalian pandemi COVID-19. Disisi lain kita juga dituntut untuk tetap produktif, tatanan kehidupan di berbagai bidang harus terus berjalan. Untuk itulah, kita harus memulai sebuah cara baru, tatanan hidup dan budaya baru. Kita harus terus beraktifitas tapi tetap aman dari Covid-19.

Kita harus mulai membiasakan perilaku yang baru berbasis hidup bersih dan sehat. Di antaranya adalah dengan cara rutin cuci tangan pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, jaga jarak aman dan menghindari kerumunan. 

Saya berharap kebiasaan baru ini bisa menjadi kesadaran kolektif agar dapat berjalan dengan baik. Saya selalu sampaikan kepada masyarakat dan stakeholder bahwa siapapun yang mengelola tempat umum, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah harus memperhatikan protokol kesehatan, bahkan kita harus bisa menjadi kontrol terhadap kedisiplinan masyarakat.

Untuk merealisasikan tatanan kehidupan normal baru (new normal), saat ini pemerintah menggandeng seluruh pihak terkait termasuk tokoh masyarakat, para ahli dan para pakar untuk merumuskan protokol atau SOP untuk memastikan masyarakat dapat berakti-vitas kembali, tetapi tetap aman dari covid-19. Protokol ini bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga pendidikan dan keagamaan, tentu bergantung pada aspek epidemologi dari masing-masing daerah, sehingga penambahan kasus positif bisa ditekan.

Tantangan

Selain itu, karena ada permintaan banyak sekali dari masyarakat terkait new normal ini, maka kita new norma dulu. Atas beragam masukan, saran, kritik layak kita tamping semua sehingga bis amenjadi bahan evaluasi atas hasil implementasinya. Kita penting menyiapkan semua dengan baik agar aman. Setiap zona atau wilayah barangkali akan berbeda-beda dalam memulai kondisi new normal-nya, sehingga memilih tidak grusa-grusu dan berusaha terus menyiapkan warga agar benar-benar siap tentang kewajib-an penerapan tatanan normal baru.

Normal baru akan dilakukan apabila semua pihak baik institusi, lembaga, industri, tempat ibadah, sekolah dan tempat publik lain benar-benar menyiapkan semua itu secara baik. Terlebih, kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan juga harus terus ditumbuhkan yang lebih pada berhimpunnya kesadaran organik tanpa dipaksa-paksa(pun).

Kita juga harus terus memantau kurva Covid-19, jika kurvanya telah landai baru kebijakan new normal ini akan bisa dan lebih cepat untuk melaksanakan. Kadang kita khawatir tepatnya berjaga masih ada gelombang kedua, gelombang ketiga dan lainnya. Kita juga terus mengontrol titik-titik yang masih fluktuatif kasusnya. 

Saat ini yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat sehingga nanti kalau angka covid-19 turun terus bahkan lebih rendah, maka masyarakatnya sudah siap beraktivitas dengan pola atau tatanan baru. Kita mengajak semuanya untuk giat mensosialisasikan itu agar membudaya. Untuk beberapa wilayah meskipun sudah kembali hijau dan jumlah pasien sembuh cukup tinggi, kita mesti tetap waspada dan jangan terlena. Tetap  disiplin dan terapkan protokol kesehatan.

Sesungguhnya, new normal adalah sebuah perubahan budaya hidup yang dicanangkan pemerintah Republik Indonesia agar masyarakat dapat terbiasa dengan tatanan hidup normal yang baru untuk menghadapi penyebaran virus corona. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, istilah new normal lebih menitikberatkan peru-bahan budaya masyarakat untuk terbiasa berperilaku hidup sehat.

Kebiasaan seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker saat terpaksa harus berpergian di luar rumah, menghindari kerumunan massa, dan juga menjaga jarak fisik saat berinteraksi dengan orang lain (physical distancing). Oleh sebab itu, sejauh ini masyarakat untuk terus mempertahankan pola hidup sehat sesuai dengan protokol untuk menjadi tatanan normal yang baru (the new normal).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyatakan bahwa virus corona (COVID-19) yang telah menjadi pandemi global tidak akan bisa hilang dalam waktu singkat. Selain perubahan perilaku masyarakat, new normal juga merubah paradigma pelayanan kesehatan. Seperti misalnya, apabila tidak terlalu urgent, pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara online. Namun, ketika harus bertemu dokter, maka akan dijadwalkan pertemuan.

Tantangannya pada new normal, adanya warga yang selalu menyangkal, egois dan atau covidiot lainnya). Mari kita gelorakan pola hidup baru dengan struktur  (sistem, regulasi, SDM, sapras, anggaran, dll) dan kultur baru (budaya jaga jarak, menghindari kontak fisik, bermasker, cuci tangan bersabun, menjauhi kerumunan, tetap di rumah, dll) dengan kebahagiaan, keindahan dan kegembiraan menepis covid-19.

 Aplikasi Virtual

Implementasi new normal sangat tergantung pada kesiapan sektor publik tiap lembaga, organisasi tingkat disiplin publik dan respon publik terhadap cara bekerja dan cara bersosialisasi di era new normal. Kriteria untuk dapat melaksanakan new normal, yaitu penularan tidak bertambah dan seberapa siap kita. 

Kunci utama kita adalah adaptasi sistem kesehatan untuk merespon pelayanan Covid-19. Pada era new normal ini pelayanan publik pada lembaga, organisasi tidak boleh kendor, pandemi covid-19 tidak boleh menghalangi dan menjadi alasan keterbatasan dalam pelayanan publik yang cepat, mudah dan murah serta informatif.

Untuk pelayanan publik standar pada masa Covid-19 ini tidak ada relaksasi SOP terkait dengan administrasi, yang dulunya jangka waktu penyelesaian tak ada pasal karet demikian pula seterusnya. Di samping layanan tetap harus cepat, mudah dan murah serta informatrif. Penyesuaian yang dilakukan adalah yang terkait adanya tugas ke lapangan karena harus mematuhi protokol kesehatan seperti skrining suhu, keharusan memakai masker, batasan jarak dan lain-lain yang telah dikeluarkan institusi yang berwenang.

Inovasi harus dilakukan ditengah keterbatasan. Nilai plus aplikasi untuk pelayanan adalah lebih efisien dan efektif waktu, memberikan pelayanan yang lebih baik kepada stakeholder, dan mempermudah pimpinan unit dalam memonitor layanan publik.

Pembatasan interaksi antar orang akan dapat diatasi dengan penggunaan aplikasi yang menjadi PR untuk pemerintah maupun organisasi lain. Selanjutnya adalah menyediakan jaringan yang kuat dan stabil di seluruh pelosok negeri agar implementasi aplikasi ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar sehingga pelayanan publik tidak terkendala. Layanan virtual menjadi casual dan paling dicari.

artikel ini juga tayang di laman kumparan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun