Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyatakan bahwa virus corona (COVID-19) yang telah menjadi pandemi global tidak akan bisa hilang dalam waktu singkat. Selain perubahan perilaku masyarakat, new normal juga merubah paradigma pelayanan kesehatan. Seperti misalnya, apabila tidak terlalu urgent, pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara online. Namun, ketika harus bertemu dokter, maka akan dijadwalkan pertemuan.
Tantangannya pada new normal, adanya warga yang selalu menyangkal, egois dan atau covidiot lainnya). Mari kita gelorakan pola hidup baru dengan struktur  (sistem, regulasi, SDM, sapras, anggaran, dll) dan kultur baru (budaya jaga jarak, menghindari kontak fisik, bermasker, cuci tangan bersabun, menjauhi kerumunan, tetap di rumah, dll) dengan kebahagiaan, keindahan dan kegembiraan menepis covid-19.
 Aplikasi Virtual
Implementasi new normal sangat tergantung pada kesiapan sektor publik tiap lembaga, organisasi tingkat disiplin publik dan respon publik terhadap cara bekerja dan cara bersosialisasi di era new normal. Kriteria untuk dapat melaksanakan new normal, yaitu penularan tidak bertambah dan seberapa siap kita.Â
Kunci utama kita adalah adaptasi sistem kesehatan untuk merespon pelayanan Covid-19. Pada era new normal ini pelayanan publik pada lembaga, organisasi tidak boleh kendor, pandemi covid-19 tidak boleh menghalangi dan menjadi alasan keterbatasan dalam pelayanan publik yang cepat, mudah dan murah serta informatif.
Untuk pelayanan publik standar pada masa Covid-19 ini tidak ada relaksasi SOP terkait dengan administrasi, yang dulunya jangka waktu penyelesaian tak ada pasal karet demikian pula seterusnya. Di samping layanan tetap harus cepat, mudah dan murah serta informatrif. Penyesuaian yang dilakukan adalah yang terkait adanya tugas ke lapangan karena harus mematuhi protokol kesehatan seperti skrining suhu, keharusan memakai masker, batasan jarak dan lain-lain yang telah dikeluarkan institusi yang berwenang.
Inovasi harus dilakukan ditengah keterbatasan. Nilai plus aplikasi untuk pelayanan adalah lebih efisien dan efektif waktu, memberikan pelayanan yang lebih baik kepada stakeholder, dan mempermudah pimpinan unit dalam memonitor layanan publik.
Pembatasan interaksi antar orang akan dapat diatasi dengan penggunaan aplikasi yang menjadi PR untuk pemerintah maupun organisasi lain. Selanjutnya adalah menyediakan jaringan yang kuat dan stabil di seluruh pelosok negeri agar implementasi aplikasi ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar sehingga pelayanan publik tidak terkendala. Layanan virtual menjadi casual dan paling dicari.
artikel ini juga tayang di laman kumparan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H