Mohon tunggu...
Tengku Andyka
Tengku Andyka Mohon Tunggu... Guru - Lakukan hal kecil, bicara dengan tindakan sederhana

"Semua kebenaran di dunia ini harus melewati tiga langkah. Pertama, ditertawakan, kedua ditentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa pembuktian dan alasan" (Arthur Schopenhauer)

Selanjutnya

Tutup

Money

Covid-19 dalam Perspektif Ekonomi dan Ketahanan Sosial

2 Juni 2020   14:41 Diperbarui: 2 Juni 2020   17:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2018 ada cerita dari negara Malaysia tentang pasangan muda yang baru menikah lebih memilih tinggal dan menyewa rumah "berhantu" untuk menghindari biaya mahal sewa rumah. Harga sewa nya RM350 (ringgit Malaysia) kalau dirupiahkan sekitar Rp. 1.143.450. 

Bagi mereka ekonomi biaya mahal itu lebih menyeramkan daripada "makhluk halus". Mungkin saja cerita yang sama banyak dan sering terjadi disekitar kita. Benarkah ini seolah gambaran peristiwa ekonomi lebih "menyeramkan" dari  persoalan lainnya.

Lebih baik kita mengetahui pahitnya lalu berusaha mencari kebenaran dan melangkah daripada berdamai dalam bayang ketidakpastian. 

Dalam buku terbaru "Economics in the time of Covid-19" ada istilah "bersin ekonomi". Sebuah aktivitas yang menggambarkan kondisi perekonomian saat ini sedang tidak baik dan tidak sehat dampak dari Covid-19. 

Sebuah analogi jika sebuah negara besar dengan kemampuan ekonomi  yang besar sedang "sakit" ketika ekonominya bersin maka negara lainnya akan terkena dampak flu. 

Negara yang terkena dampak Covid-19 merupakan negara besar seperti AS, Cina, Jepang, Jerman, Prancis, Italia merupakan negara yang memenuhi 60% permintaan dunia dan 40% produksi ekspor dunia.

Sampai hari ini para ekonomi, pelaku usaha, dunia perbankan dan sebagian besar masyarakat sedang mengalami kekhawatiran yang sama.  

Pandemik Covid-19 yang mengancam sendi perekonomian. Seperti diketahui riwayat wabah Covid-19 ini berawal pada Desember  2019 di kota Wuhan, yang terletak di provinsi Hubei, Cina. 

Dalam waktu singkat virus ini terus menyebar ke seluruh dunia. Filsuf Thales yang hidup pada masa purba tahun 624 SM -- 546 SM pernah mengukur bahwa parameter sejahtera ekonomi dliihat dari kondisi "hidup tertib dan hidup baik". Tidak bisa kita pungkiri kondisi ekonomi global saat ini tidak baik.

Bagi Indonesia ini merupakan kondisi unik dan langka karena belum pernah terjadi sebelumnya. Melihat sejarah ekonomi pada krisis yang terjadi 1997 dan 2008 sumber masalah dari sektor finansial lalu berdampak sektor riil. Sementara yang terjadi saat ini berbeda karena Covid-19 langsung menghantam sektor riil khususnya UMKM. Kebijakan penyelesaian pandemik dengan work from home, physical distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sangat berdampak serius pada konsumsi, investasi dan distribusi rantai pasok perekonomian.

Dalam kondisi ini ada 5 sektor yang paling terpukul diantaranya ialah sektor pariwisata, transportasi, keuangan, pertambangan, dan UMKM (katadata,2020). Sektor pariwisata merupakan  sektor yang paling pertama kali kena dampak karena adanya pelarangan dan pembatasan traveling. 

Pada sektor transportasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara otomastis tingkat mobilitas menurun drastis. Pada sektor keuangan sudah pasti berdampak dari tunggakan individu atau pelaku usaha yang tidak mampu bayar tagihan dan bunga pinjaman. 

Pada sektor pertambangan dampak dari harga bergejolak dan kelebihan produksi. Pada sektor UMKM ini juga paling berdampak dan terpukul karena penurunan permintaan (demand) masyarakat. 

Tingkat pengangguran terbuka pada kuartal II 2020 mencapai 11,47 % dengan skenario terberat. Bahkan IMF memproyeksikan angka pengangguran Indonesia pada 2020 mencapai 7,5% naik dari tahun 2019 yang hanya 5,3%.

Dalam buku, Theory of Moral Sentiments, tahun 1758 Adam Smith telah menulis gagasan tentang filosofi ekonomi "membangun keseluruhan kodrat moral manusia dari satu emosi primitif-simpati". 

Gagasan ekonomi modern Adam Smith diantaranya adalah self love dan simpati. Motif dan tindakan manusia self love sebuah bentuk cinta pada kepentingan individu. Sementara motif dan tindakan Simpati merupakan sebuah tindakan dengan mempertimbangkan orang lain atau lingkungan sekitar. Dalam kondisi Covid-19 relevansi gagasan Adam Smith terkait simapati berekonomi saat ini sangat dibutuhkan. 

Menurut Legatum Prosperity Index 2019, Indonesia berada di peringkat kelima di dunia untuk modal sosial dan peringkat pertama untuk partisipasi sipil dan sosial dengan tingkat relawan tertinggi dari negara mana pun. Dalam Indeks Pemberian Dunia Yayasan Amal (CAF) tahun 2018, Indonesia juga menduduki peringkat teratas dalam frekuensi sumbangan dan kesukarelaan.

Secara umum sikap ini menjadi kekuatan dan modal dalam ketahanan sosial Indonesia. Masyarakat yang beradab menurut Adam Smith manusia senantiasa perlu bekerja sama dan saling membantu karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya dengan memuaskan tanpa ada keterlibatan orang lain. Lain halnya yang terjadi pada hewan ketika hewan telah tumbuh dewasa dan matang dia dapat mandiri dan independen dalam keadaan alamiahnya hewan tidak perlu membantu hewan lain apalagi membantu hewan lain yang berbeda jenisnya.  

Bagi Smith manusia yang dapat mencapai kebahagiaan adalah yang memiliki kondisi fisik sehat, tanpa beban ekonomis, dan hati nuraninya jernih. Orang yang meskipun kaya namun tidak sehat dan penuh kedengkian misalnya dia tidak dapat mencapai kebahagiaan. 

Ketahanan sosial  berwujud solidaritas dan gotong royong menjadi khas kearifan lokal bangsa. Terlihat ada sinergi antara masyarakat dalam memperkuat ketahanan sosial dengan bersimpati ekonomi. 

Donasi masyarakat lokal kepada tenaga medis, pembelian alat pelindung medis (APD),  konser amal dalam penggalangan dana, meringankan cicilan sewa kontrakan bagi pekerja yang di PHK dan masih banyak bentuk simpati ekonomi lainnya. Peran pemerintah dan sinergi kekuatan ketahanan sosial terus dibentuk agar penanganan Covid-19 cepat terselesaikan.

*Pegiat Kajian di Pustaka Kaji

Daftar Pustaka

  1. Baldwin, Richard, Weder, Beatrice, Economics in The Time of Covid-19, CEPR Press, 2020
  2. Smith, Adam, 1904, The Theory of Moral Sentiments  , A. Millar. Sixth edition. London (http:/www.econ.lib.org/ Enc.bios/Smith.html)
  3. Wijaya, Ananta, Cuk, Filsafat Ekonomi Adam Smith. Jurnal Filsafat UGM. 2009
  4. http://www.econ.lib.org/Enc.bios/Biographies/Philosophy/Smith. Htm
  5. katadata.com
  6. kumparan.com
  7. kompas.com
  8. akurat.com
  9. https://www.youtube.com/watch?v=UpbbO_thtsg&t=2839s
  10. https://www.youtube.com/watch?v=2L3RdOZp8A0&t=24s
  11. https://www.youtube.com/watch?v=41HQZZoDr9w
  12. https://beritabeta.com/news/ragam/media-asing-nilai-masyarakat-tahan-banting/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun