Pada tahun 2018 ada cerita dari negara Malaysia tentang pasangan muda yang baru menikah lebih memilih tinggal dan menyewa rumah "berhantu" untuk menghindari biaya mahal sewa rumah. Harga sewa nya RM350 (ringgit Malaysia) kalau dirupiahkan sekitar Rp. 1.143.450.Â
Bagi mereka ekonomi biaya mahal itu lebih menyeramkan daripada "makhluk halus". Mungkin saja cerita yang sama banyak dan sering terjadi disekitar kita. Benarkah ini seolah gambaran peristiwa ekonomi lebih "menyeramkan" dari  persoalan lainnya.
Lebih baik kita mengetahui pahitnya lalu berusaha mencari kebenaran dan melangkah daripada berdamai dalam bayang ketidakpastian.Â
Dalam buku terbaru "Economics in the time of Covid-19" ada istilah "bersin ekonomi". Sebuah aktivitas yang menggambarkan kondisi perekonomian saat ini sedang tidak baik dan tidak sehat dampak dari Covid-19.Â
Sebuah analogi jika sebuah negara besar dengan kemampuan ekonomi  yang besar sedang "sakit" ketika ekonominya bersin maka negara lainnya akan terkena dampak flu.Â
Negara yang terkena dampak Covid-19 merupakan negara besar seperti AS, Cina, Jepang, Jerman, Prancis, Italia merupakan negara yang memenuhi 60% permintaan dunia dan 40% produksi ekspor dunia.
Sampai hari ini para ekonomi, pelaku usaha, dunia perbankan dan sebagian besar masyarakat sedang mengalami kekhawatiran yang sama. Â
Pandemik Covid-19 yang mengancam sendi perekonomian. Seperti diketahui riwayat wabah Covid-19 ini berawal pada Desember  2019 di kota Wuhan, yang terletak di provinsi Hubei, Cina.Â
Dalam waktu singkat virus ini terus menyebar ke seluruh dunia. Filsuf Thales yang hidup pada masa purba tahun 624 SM -- 546 SM pernah mengukur bahwa parameter sejahtera ekonomi dliihat dari kondisi "hidup tertib dan hidup baik". Tidak bisa kita pungkiri kondisi ekonomi global saat ini tidak baik.
Bagi Indonesia ini merupakan kondisi unik dan langka karena belum pernah terjadi sebelumnya. Melihat sejarah ekonomi pada krisis yang terjadi 1997 dan 2008 sumber masalah dari sektor finansial lalu berdampak sektor riil. Sementara yang terjadi saat ini berbeda karena Covid-19 langsung menghantam sektor riil khususnya UMKM. Kebijakan penyelesaian pandemik dengan work from home, physical distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sangat berdampak serius pada konsumsi, investasi dan distribusi rantai pasok perekonomian.
Dalam kondisi ini ada 5 sektor yang paling terpukul diantaranya ialah sektor pariwisata, transportasi, keuangan, pertambangan, dan UMKM (katadata,2020). Sektor pariwisata merupakan  sektor yang paling pertama kali kena dampak karena adanya pelarangan dan pembatasan traveling.Â