Mohon tunggu...
Tengku_ Rhman
Tengku_ Rhman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Adalah seorang anak nelayan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biduk

25 September 2024   23:27 Diperbarui: 25 September 2024   23:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Detik demi detik waktu berlalu

Biduk tak berlabuh,  

Mengayuh dalam riak takdir,  

Menerobos gelombang sunyi,  

dengan nafas harapan yang selalu dihela.

Di bawah langit kelabu dan bintang yang terasing,  

Tak bertanya pada angin,  

Tak meragu pada arus,  

Mengukur jarak hanya dengan keteguhan,  

Berlayar dalam diam,  

Membawa beban yang tak pernah dibiarkan terjatuh.

Biduk itu ringkih,  

Namun kekuatan tak tertakar di sana,  

Di setiap kayuh,  

Tersimpan peluh pengabdian,  

Menyusuri jalur yang tak terpetakan,  

Mengejar pelabuhan yang tak pernah diklaim untuk dirinya.

Kala badai mengamuk,  

Hanya tertunduk rendah pada laut,  

Sebab tahu,  

Di samudra ini,  

Tak ada gelora yang tak akan mereda,  

Tak ada derita yang tak akan menghilang,  

Ia bertahan, bukan untuk melawan,  

Tapi untuk memelihara arah,  

Menuju cakrawala yang mungkin takkan terlihat.

Dan saat fajar menyingkap malam,  

Terus berlayar,  

Tak meminta tepian,  

Tak menagih upah.  

Biduk itu,  

Adalah perjalanan yang tak mengenal tepi,  

Sebuah dedikasi abadi,  

Yang tak berhenti,  

Bahkan ketika laut tak lagi berombak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun