Di masa depan, tentunya saya ingin kembali dan membangun Indonesia. Tetapi, terkadang ada rasa takut, untuk kembali dan tinggal. Saya tahu masyarakat akan bereaksi secara tidak langsung. Ketika di usia pertengahan 30 tahun saya, mereka akan mulai menggosipi saya karena saya belum menikah. Saya sendiri berkomitmen untuk tidak akan pernah menikah, apalahi hanya untuk menutup-nutupi seksualitas saya. Saya tidak ingin menikahi perempuan yang saya tidak pernah cintai dan menyakiti hati perempuan tersebut.
Kenyataannya, banyak sekali rumah tangga di luar sana yang tidak harmonis karena salah satu dari pasangan tersebut tidak pernah benar-benar mencintai satu sama lain, dan banyak dari mereka yang aslinya bukanlah heteroseksual. Saya tidak mau menjadi seperti mereka. Saya lebih memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah, dibanding menyakiti orang lain dan memiliki keluarga yang tidak harmonis.
Sebagai reaksi terhadap maraknya isu LGBT di Indonesia, saya harap masyarakat Indonesia dapat lebih terbuka dengan saya dan orang-orang yang senasib dengan saya. Kami bukanlah ancaman, kami hanya butuh dukungan. Saya pun berharap Komnas HAM yang mengerti akan kasus ini juga dapat proaktif berjuang demi kesetaraan di negeri ini. Dari saya sendiri, saya tidak menuntut hal yang muluk-muluk seperti pernikahan sesama jenis. Saya hanya ingin bisa hidup dengan aman tanpa kebencian di negeri ini. Saya ingin orang tetap dapat menghargai saya, terlepas dari apapun seksualitas saya. Sebab jati diri saya lebih dari hanya seorang homoseksual.
--------------------------------------------------------------------------------
Catatan: Mohon maaf jika saya hanya bisa menggunakan nama samaran/secara anonymous.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H