Saya berusaha datang lebih awal. Dengan menyewa ojek online pribadi alias diantar sang suami agar lebih cepat sampai tujuan.
Benar saja! Daftar hadir di urutan keempat membuat saya yakin bahwa saya termasuk hadir yang paling awal. Waktu baru menunjukkan pukul 09.45, karena acara baru dimulai pukul 11.00 WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu.
Lokasi Bandung Air Show yang bertempat di Lanud Husein Sastra negara memang tak jauh berubah dengan pemandangan terakhir yang saya lihat pada Bandung Air Show 24 September 2010 lalu.Â
Saat itu, ada kejadian yang tak mungkin dilupakan, terjadi kecelakaan tunggal, pesawat akrobatik, Super Decathlon PK-NZP, yang menewaskan pilot Alex Supelli, tampak di depan mata, dalam jarak yang cukup dekat, terjatuh dan terbakar.Â
Padahal keesokan harinya, 25 September, Bandung berusia genap 200 tahun. Kecelakaan ini menjadi sebuah kejadian yang sangat memilukan sekaligus mengharukan.
Sedikit perubahan mencolok justru kondisi bagian depan Bandara untuk perjalanan menggunakan pesawat terbang tertata cukup apik dan nampak sedikit lebih megah. Yang lainnya sepertinya berusaha dipertahankan seperti adanya. Warna biru muda pada cat dinding, rumah dan posko yang berjejer di sepanjang jalan menuju lapangan yang berada di kawasan TNI AU yang bersatu dengan lintasan pacu pesawat.
Acara yang dimulai tepat pukul 11.00, disampaikan oleh pemateri Amanda Wellang, seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) Jagad Alit. Materi yang disampaikan mengenai dasar-dasar pendidikan yang mengutamakan bahan-bahan alami dalam membangun cerita dan dongeng bagi anak.Â
Mendongeng atau bercerita bagi anak didik adalah sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru di TK Jagad Alit. Manda (panggilan akrab Amanda Wellang) menjelaskan bahwa dengan mendongeng atau bercerita yang dilakukan dengan menggunakan properti alami, akan lebih mudah membentuk pola pikir anak yang lebih imajinatif, penuh kreatifitas dan juga sekaligus mengasah kecerdasan secara signifikan.
Sambil lesehan para guru mendengarkan suara Bu Manda, saat menuturkan sebuah cerita yang diberikan pada muridnya, berjudul "The Golden Sky" yang kadang timbul tenggelam karena bersaing dengan suara pesawat yang sedang lepas landas.Â
Ini menjadi sebuah keunikan tersendiri, Bu Manda mampu asyik bercerita tanpa terganggu sama sekali dengan kebisingan yang ditimbulkan, meski sesekali ia mengatupkan mulut seakan mempersilakan pesawat untuk lewat terlebih dahulu.
Saya coba salin tempelkan (copy paste) prinsip dasar sekolah Jagad Alit, sebagai sekolah satu-satunya di Bandung yang menganut prinsip dasar Metode Waldorf, yang juga telah dianut oleh lebih dari seribu sekolah di dunia, termasuk sekolah di Silicon Valley yang terkenal karena anak-anak Bos Google, Apple dan raja komputer bersekolah di sana tanpa menyentuh computer or screen things (Komputer, tablet, pesawat TV, dan HP) sampai usia mereka dua belas tahun.Â
I didn't see anyone using a tablet or phone, and laptops were sparse.