Saat ini semua jadwal kunjungan itu dicoretnya dari daftar. Dalam catatannya semua dirubah dengan tanggal-tanggal kunjungan ke Panti Jompo, Panti Asuhan dan rumah singgah bagi anak-anak terlantar.
Wanni tak sanggup mencegah atau melarang Sterine. Bila Wanni nekat menghentikan seluruh kegiatan Sterine yang membuatnya muak, ancaman permintaan cerai membuat dirinya lemah dan mengalah.
Padahal Wanni tinggal memilih wanita lain yang jauh lebih cantik dan penurut. Sesekali ia juga kadang berduaan menghabiskan malam bersama Vanilla, cukup mengeluarkan kocek delapan juta dan selama semalam pelayanan Vanilla all out untuk dirinya.
Tapi, yang dihadapinya adalah Sterine. Wanita setia yang mendampingi hidupnya dengan segenap cinta dan kasih sayang meski tanpa sepeser pun uang.
Dulu, jauh sebelum Wanni kaya raya, hanya Sterine yang nekat menikah dengannya tanpa pesta meriah, tanpa bulan madu. Sterine menunjukkan jalan agar Wanni bisa menguasai perekonomian negeri ini.
Sterine yang menyarankannya untuk sedikit melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Bahkan Sterine pula yang memintanya untuk membunuh beberapa kolega yang menjadi lawan terberat mereka. Dengan cara apapun.
Sterine pula yang memodalinya saat tak ada satu Bank pun yang mau meminjamkan modal untuknya. Sterine menjual dirinya lewat online untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Wanni sempat menentang Sterine karena cemburu. Ia tak menghendaki istrinya dijamah banyak orang. Namun, lama-kelamaan nuraninya telah tergadai dengan kata-kata kaya dan berkuasa.
Ketika pertama kalinya tubuh Sterine disewakan pada lelaki tua kaya, Wanni menangis sejadi-jadinya di kamar kontrakan yang sempit dan kumuh. Wanni menutup kepalanya dengan bantal dan satu-satunya selimut kumal yang telah robek sana sini. Jeritannya tertahan. Wanni menangis hingga pingsan. Sterine lah yang membangunkannya dengan melemparkan satu kantong penuh uang lembaran seratus ribuan ke mukanya.
"Bangunlah! Jangan cengeng! Aku sudah muak dengan kemiskinan. Ini baru uang muka, Si Tua berjanji padaku membelikan rumah dan mobil mewah," Sterine berkata tajam sembari menahan getaran hebat yang yang ada dihatinya.Â
Sterine berpikir seharusnya ia yang menangis pilu seperti suaminya. Tapi hatinya telah kosong terlebih dahulu. Ia muak diperlakukan tak adil oleh kedua orangtuanya dan kerabat dekatnya. Mereka cuma bisa mengolok-olok tanpa mau sedikit pun berbelas kasihan.