Mohon tunggu...
Politik

Antasari Azhar, Saya dan Kekuasaan

9 November 2016   12:57 Diperbarui: 9 November 2016   13:18 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi janji saya untuk membongkar kejahatan oknum penegak hukum seperti yang saya rasakan dan lihat sendiri selama saya di penjara, itu akan tetap saya lakukan. 

Saya harus terus berjuang agar tidak ada lagi tahanan yang dianiaya polisi, di bon tengah malam dari ruang tahanan, lalu dikembalikan setelah tiga hari dengan kondisi babak belur dan mengenaskan. Saya akan terus berteriak agar oknum polisi dan jaksa berhenti memeras tahanan. Saya akan terus memperjuangkan kawan-kawan sesama tahanan, agar memperoleh pengadilan yang memiliki semangat menegakkan kebenaran dan keadilan, bukan justru hanya ingin menghukum orang.

Saya telah memutuskan sikap politik ini. Karena bagi saya politik adalah keberpihakan maka sekalipun telah dipenjara saya tetap menyatakan keberpihakan saya pada pemangku kuasa saat ini. Bukan keberpihakan buta, tapi keberpihakan yang dibekali oleh ide, gagasan dan tindakan nyata. Saya tidak mengemis untuk itu. Karena saya menyadari bahwa kemerdekaan dan kebebasan saya yang sempat terampas tidak serta merta membuat ide dan gagasan saya ikut terampas. Untuk itu saya berbahagia.

Soal dikriminalisasi, sebulan sebelum saya ditangkap, dalam kunjungan saya kerumah seorang tokoh yang sudah saya anggap orang tua saya sendiri, almarhum bapak Roch Basuki Mangoenpoerojo, beliau mengingatkan saya bahwa ketika kita dianggap mengacaukan sebuah arus politik kekuasaan maka bersiaplah kita akan 'dikerjai'. Untuk menangkap, maka disiapkan pasal-pasal lucu. Bisa penggunaan narkoba, perjudian, penipuan, penggelapan, penganiayaan dan bahkan pencabulan. Itu semua bagi aparat jahat bukan perkara susah mengkondisikannya. Itulah kenapa saya sangat siap ketika saya akhirnya dipenjara dengan tuduhan-tuduhan lucu. 

Antasari sebentar lagi akan bebas. Mungkin ia akan membongkar kriminalisasi terhadap dirinya. Saya memilih jalan berbeda. Menentang tindak kriminalisasi oknum penguasa tanpa harus menentang kekuasaannya. Soal "operasi" terhadap saya biarlah jadi rahasia selamanya. Saya memegang teguh 'hukum tutup mulut', omerta dalam istilah bahasa Italia. 

Bagi saya, memilih politik berarti berada dalam ruang yang begitu tipis jaraknya dengan resiko, penjara salahsatunya. Jika Orde Baru menculik maka saat ini kriminalisasi jadi modus terbaru untuk menghentikan langkah politik. Dan saya menyadari bahwa kadang kekuasaan memang berwajah ganda.

Adik-adik HMI ditangkap beberapa hari lalu. Banyak kawan bilang mereka dikriminalisasi. Saya berujar, mudah-mudahan tidak. Dan semoga saya jadi orang terakhir yang dikriminalisasi dengan cara dikirim ke penjara. 

"Multi famam, conscientiam pauci verentu" – Banyak orang takut nama baik (reputasi), hanya segelintir orang yang takut suara hatinya. (Pliny)

 

Ditulis oleh : Irwan Suhanto

Aktifis dan pencinta Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun