Mohon tunggu...
Politik

Antasari Azhar, Saya dan Kekuasaan

9 November 2016   12:57 Diperbarui: 9 November 2016   13:18 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tetap tegak, karena ada rahasia yang harus saya jaga untuk tidak dibuka. Dan saya paham, jaksa dan hakim dipengadilan harus 'menjalankan tugas pesanan' dari si perekayasa. Walaupun, saya sempat ancam juga untuk menempuh pengadilan banding jika hakim menjatuhkan vonis lebih dari setahun kepada saya. Dan entah mereka takut saya banding atau karena hal lain, mereka memang memvonis saya tanggal 20 April 2015 hanya setahun lamanya, saat itu saya telah menjalani lima bulan masa tahanan. 

Saya memang memutuskan untuk tidak menempuh pengadilan banding setelah berembuk dengan keluarga, penasehat hukum dan kawan-kawan aktifis yang selama saya ditahan mendukung saya. Alasannya sederhana, jika banding saya masih harus menjalankan setidaknya tiga atau empat bulan lagi hidup dalam penjara. Dengan sistem peradilan yang kotor dan penuh rekayasa, memperoleh keadilan dari pengadilan banding juga belum tentu saya dapatkan. Itu tandanya saya harus menjalani sembilan bulan penjara, saya akan kehilangan kesempatan memperoleh hak mengurus potongan masa tahanan. Akhirnya, diputuskan untuk menerima hasil vonis dengan agenda segera bisa keluar dari penjara. Dan dua bulan setelah putusan pengadilan itu, saya memperoleh kebebasan saya. 

Keluarga dan kawan-kawan membutuhkan saya, itu berarti kepulangan saya lebih cepat adalah keputusan yang saya perhitungkan dengan amat matang.

Sekeluarnya dari penjara, berbeda dengan Antasari yang katanya akan membongkar rahasia, saya justru memutuskan langsung melakukan aktifitas politik, yang tentunya tetap berada dalam barisan yang sama dengan kekuasaan yang beberapa oknumnya justru memenjarakan saya dengan rekayasa. 

Seorang kawan, menyindir karena melihat sikap politik saya dengan mengatakan bahwa jangan-jangan dipenjara itu memang skenario yang saya setujui untuk direkayasa demi melakukan tugas rahasia, saya tidak bisa menanggapinya. Biarlah itu jadi misteri saya.

Yang sempat menggelikan adalah adanya sikap kawan-kawan aktifis yang mencibir dan bahkan berniat mengisolasi saya dari pergaulan politik. Mereka yang tiba-tiba menjauh karena status saya sekeluar penjara. Mereka yang bahkan tidak paham apa yang terjadi tapi lalu mau ikut menghukum saya. 

Aneh tapi itulah fakta kedewasaan aktifis saat ini, yang karena gemar memilih jalan aman demi mimpi kenyamanan lalu mengorbankan perkawanan. Mungkin malu, mungkin takut. Biarlah itu jadi hak mereka.

Saya terus bergerak, sikap saya ajeg untuk tetap bersama mengawal kekuasaan ini, sekalipun saya telah menjalani masa sulit dalam penjara. 

Sengaja saya segera muncul dalam pergaulan politik kembali, untuk memberi signal dan tanda kepada siapapun bahwa langkah ini tidak mungkin ditempuh seseorang yang seperti apa yang dituduhkan pada saya. Paling tidak, orang itu harus tiarap setahun lamanya, sebelum muncul kembali. Saya tidak. 

Kepada kawan-kawan yang berada dalam penjara saya sampaikan bahwa saya tidak akan mengambil posisi politik yang berlawanan dengan kekuasaan, itu sudah menjadi keputusan. 

Sekalipun saya beberapa kali didekati orang-orang yang anti pemerintah untuk ikut melawan, saya tidak bergeser se-incipun dari keputusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun