Lalu bagaimana suatu tempat yang begitu tidak teratur dan tidak sehat ini menjadi penghasil banyak tokoh hebat seperti Homer, Socrates, Diogenes, dan lain sebagainya? Ini dikarenakan system dari pertukaran budayanya yang begitu luas dari pelabuhan sekitarnya pada masa pemerintahan Pericles.Â
Tidak seperti tempat lain misalnya Sparta yang bertembok tebal di sekililing kotanya dan menutup diri dari dunia luar, Athena benar-benar terbuka terhadap berbagai etnis yang berasal dari luar wilayahnya.Â
Ini pun akhirnya menimbulkan banyaknya pertukaran pemikiran antara unsur-unsur kebudayaan sendiri dengan unsur kebudayaan lainnya. Selain itu ada suatu kebiasaan lain yang sangat sederhana namun krusial yang dilakukan oleh orang-orang Athena kuno yaitu berjalan kaki.Â
Menurut para peneliti, berjalan kaki menjadi salah satu olahraga dasar yang mampu membangun kompleksitas neuron otak. Ini disebabkan oleh kemampuan spasial otak kita dalam menangkap ruang dan menghasilkan pemikiran-pemikiran tertentu saat berjalan kaki sehingga selain memacu kerja peredaran darah dalam penyediaan oksigen bagi otak tapi juga membangun suatu konsep spasial yang memperkuat ikatan neuron otak.
Beranjak dari Athena bagian yang menurut penulis paling menarik dari buku Eric Weiner ini adalah perjalanannya menuju Edinburg. Kota Edinburg ini merupakan kota yang penuh dengan dualitas kompleks yang mampu melatih kemampuian otak dalam hal pemecahan masalah.Â
Orang-orang yang berada di Edinburg diungkapkan memiliki kesukaan dengan teka-teki dan memiliki suatu optimism yang juga pesimistik dalam satu hal. Sebagai contohnya adalah ada seseorang dari daerah Edinburg ini menggelar suatu pertunjukkan drama namun tidak memberi tahu orang lain bahwa ia menggelar pertunjukkan drama.Â
Dari berbagai pemaparan yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa kegeniusan bukanlah suatu hal yang muncul dari satu aspek saja melainkan dari berbagai aspek kompleks lainnya yang saling terhubung.Â
Maka sesuatu yang alamiah mampu dipatahkan dengan 99% keringat dan 1% bakat seperti ungkapan dari Thomas Alva Edison. Terus berjuang dan pantang menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H