Hembusan angin dingin pagi bangunkan aku dari pembaringanÂ
Membasuh tubuhku dari belaian mimpi tadi malam.Â
Yang hangatnya masih juga terasa walau hanya tinggal sisa-sisa
Guratan-guratan mimpi itu masih membekas di benakku.Â
Seperti untaian sinetron yang tak berkesudahanÂ
Hingga aku bisa mengukir wajahmu lewat angan-angan
Dan menyimpannya dalam waktu yang lama.Â
Sejenak aku terduduk di sebuah kursi usang di sudut kamar.Â
Dan hangatnya sinar matahari menyapaku menembus lewat sela-sela jendela.Â
Diiringi kicauan burung yang bersarang di suatu dahan yang tak jauh dari kamarku.