Teriknya mentari serasa membakar kulitku.
Kelam dan semakin kelam.
Hingga tak nampak lagi.
Sudah sejauh ini aku berkelana dengan motor tuaku.
Menyusuri jalanan aspal yang berlubang.
Seperti perangkap yang menjebak roda-roda motorku.
Tak terhitung suara derit motorku berteriak minta ampunÂ
Maklum saja, besi tua yang berjalan tertatih-tatih.
Terhuyung menggelak tenaga tuaÂ
Yang masih terlihat perkasa.
Walaupun sesekali terbatuk.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!