Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cabuk, Sajian Khas dari Wonogiri

10 Januari 2021   10:28 Diperbarui: 10 Januari 2021   10:59 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda pergi ke Wonogiri - Solo maka anda akan menjumpai berbagai makanan khas Wonogiri, salah satunya adalah cabuk. Kali ini penulis akan mengangkat tema kuliner berupa makanan Khas dari Wonogiri. Makanan ini sangat populer di Wonogiri. Termasuk makanan yang banyak digemari oleh semua kalangan baik tua maupun muda. 

Jika anda kebetulan melintas dan mampir di pasar-pasar tradisional Wonogiri maka anda akan menjumpai pedagang Cabuk yang biasanya didasarkan dengan tampah. Bentuknya seperti pepesan pada umumnya dibungkus dengan daun pisang yang telah dibakar di atas bara api. Namun kalau dibuka nampak bentuknya hitam seperti terasi namun lembek. Baunya sangat khas wijen yang digongso.

Sejak penulis kecil sampai sekarang ini, cabuk adalah menu favorit yang selalu diburu jika pas kebetulan mudik pulang kampung di Wuryanto Wonogiri. Penulis adalah asli Wonogiri yang merantau di Brebes. 

Rumah nenek penulis kebetulan terletak di Kecamatan Wuryantoro, dekat dengan rumah Mantan Presiden kedua Republik Indonesia yaitu Bapak Suharto. Jaman beliau berkuasa dahulu, beliau masih seringkali mengkonsumsi Cabuk ini. Menurut warga di sekitar Pak Harto sering memesan Cabuk Wonogiri. Bagaimanapun dahulu beliau sempat diangkat anak oleh Pamannya dari kecil sampai dewasa dan menikah tinggal di Wonogiri.

Memang adalah sebuah dambaan apabila ketika pulang kampung kemudian teringat masa lampau. Semua kenangan masa lalu dahulu, terlebih hidangan makanan selalu menjadi menu sehari-hari. 

Ada perasaan rindu pada saat momen tertentu yang dahulu menjadi sebuah kebiasaan yaitu makan cabuk pepes daun kemangi. Alangkah nikmatnya, apalagi jika dimakan saat masih hangat mengepul. Anda akan mendapatkan cita rasa yang khas dan unik berbeda dari semua makanan yang pernah Anda rasakan.

Cara Membuat Cabuk

Cabuk terbuat dari biji wijen yang disangrai sehingga wujudnya hitam seperti terasi, namun begitu rasanya yang gurih membuat kita selalu ingin menikmatinya lagi.

Pertama yang perlu disiapkan adalah semua bahan-bahannya, yaitu :

- Biji jinten.

- Air.

- Parutan kelapa 

- Gula merah 

- Cabai 

- Bawang putih 

- Daun kemangi 

- Daun pisang yang dibakar / Londo 

Pertama-tama biji wijen dibersihkan, dipilih yang baik kemudian di sangrai dengan menggunakan wajan. Jika sudah matang ditandai dengan warnanya yang coklat kemudian di tumbuk sampai lembut. Jika sudah halus kemudian ditambahkan dengan air secukupnya dan di sisihkan. 

Langkah selanjutnya adalah haluskan semua bumbu, bawang putih, gula, dan cabai. Dihaluskan sampai lembut.

Campurkan wijen yang sudah dilembugkan tadi dengan bumbu dan di aduk sampai rata, tambahkan air sedikit sampai bercampur. Selanjutnya tambahkan parutan kelapa dan petikan daun kemangi. Aduk sampai merata.

Anda persiapkan Londo atau daun pisang yang sudah dibakar, gunakan untuk membungkus adonan wijen tadi. Dibentuk seperti kalau anda mau membuat pepesan, kemudian dikukus. Setelah matang kemudian dibakar di atas bara api persis seperti anda membuat pepesan. Jika sudah selesai cabuk hitam akan berbau harum khas cabuk. Siap untuk dihidangkan dan dimakan dengan nasi yang masih hangat.

Namun jika Anda membelinya dari pasar maka cabuk itu masih perlu di olah lagi. Anda cukup menambahkan bumbu bawang putih, cabai, parutan kelapa, dan daun kemangi. Lembutkan semua bumbu tadi kemudian diaduk dengan cabuk hingga rata. Setelah merata kemudian bungkus dengan daun pisang dan dibakar di atas bara api. 

Nikmati dengan nasi hangat yang masih mengepul, alangkah nikmatnya.

Salam perantauan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun