Seraut wajah menatap iba.
Melesat dari wajahmu yang sendu. Menuju hingga ke dalam sanubari ku. Aku tak sanggup untuk menatapmu. Menatap wajahmu yang sendu itu.
Tatapan dingin dengan sejuta makna. Sejuta cerita tanpa kata.
Aku ingin sekali mendengar keluhmu. Membuat ringan semua beban yang bergelayut di pundakmu.Â
Tubuh yang renta itu semakin renta memikul beban.Â
Ketika wajah lelahmu sadarkan aku akan ego-ku. Membuat sombong-ku lari menjauh malu. Aku menjadi kerdil di hadapanmu.Â
Ketika tatapan sayurmu luluhkan semua kemunafikan ku. Membuat sisi jahatku terkapar malu.
Tubuhmu yang renta dan rapuh sanggup mendobrak kerasnya dunia. Tertatih-tatih mengais segenggam hidup.Â
Aku malu padamu. Sementara tubuhku yang muda ini terlalu malas meraih harapan. Terlalu manja akan letih.
Sungguh engkau membuat aku tak berdaya.Â
Aku tak sanggup lagi menatap sinar matamu yang teduh. Aku tak sanggup lagi menyentuh tanganmu yang penuh kasih sayang.Â
Andai kata boleh, aku akan bersimpuhÂ
Aku ingin berguru kepadamu agar aku bisa tegar menghadapi dunia.
Ajari aku..
Ajari aku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H