"Ya Min" Jawabnya
Gontai langkah kakinya meninggalkan rumah juragannya. Pikirannya melambung menembus langit yang sudah gelap. Untung juragannya ngasih uang lima belas ribu. Padahal harusnya uang itu pas untuk membayar setor angkot. Entah mungkin juragannya sedang baik hati.
Dibukanya pintu rumahnya, Karmin langsung menuju kamar mandi. Direndamnya semua pakaiannya, dan dan dia mandi. Ah segarnya air ini membuat fikirannya sedikit fresh.Â
"Mak, ini uangnya", dia mberilan uang itu pada istrinya Lastri.
"Lagi sepi ya kang?", tanya Lastri
"Ya, sejak issue virus corona, orang jadi sungkan bepergian, lha wong biasanya kalo pagi dan siang pelajar pada naik angkot, lha ini sepi pada libur", sahut Karmin.
"Ya gimana lagi kang, yang penting bisa untuk kita beli beras. kemarin udah ngutang ke warung tetangga." keluh Lastri.
"Semoga cepat pulih kembali seperti sedia kala, cukuplah derita karena virus ini"
"Ya kang, tak buatkan teh hangat ya kang?", istrinya tersenyum
Ya begitulah, tubuhnya yang lelah seharian penuh membanting tulang hanya dapat Rp. 15.000,- itupun dari pemberian juragannya yang sebenarnya pelit. Entah apa yang bisa membuatnya begitu. Mungkin pandemi ini bisa menyadarkannya. Walaupun tidak sepenuhnya sadar. Lumayan uang segitu bisa untuk nempur beras. Keluarganya masih bisa makan.Â
"Ini kang teh hangatnya, diminum dulu", istrinya menaruh minuman di atas meja, kemudian dia masuk ke dalam kamar ngeloni anaknya yang paling kecil.Â