Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepenggal Kisah Penjual Pecel yang Menghidupi Dua Anaknya

7 April 2020   18:33 Diperbarui: 7 April 2020   18:38 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lho kan itu bisa diatur, lagian apa kamu tidak butuh laki-laki?", tanya Waginem.

"Emmm gimana ya yu, ya pokoknya saya apa kata anak saja. Lagian cari suami baru susah-susah gampang yu, ya kalo dia ikhlas dapat paketan seperti saya plus anak-anak saya. Yang saya takut itu lho seperti Yu Mijem", Jawab Tumini

"Iya juga sih, harus selektif, jangan seperti membeli kucing dalam karung", Waginem menjawab sambil tersenyum.

"Sendiri saja dulu yu, kalo memang ada jodoh ya tidak akan lari jauh. Jangan ngangsa terus nanti getun keduwung terus piye jal...., eh ngomong-ngomong njenengan jadi nih mau beli pecelnya?", Tumini mengingatkan. 

"Oh iya sampe lupa, saya beli tiya ya tolong dibungkus, sama krupuk sentir tiga", sahut Waginem.

Pagi itu hanya diwarnai dengan obrolan yu Waginem. Namun dalam hati kecil dia juga butuh seorang suami yang mampu melindunginya, mampu memberinya nafkah, dan cinta. 

Namun apakah ada laki-laki yang juga bisa menyayangi kedua anaknya juga? Jaman sekarang ini mustahil. Biasanya cintanya hanya diberikan pada ibunya tapi tidak untjk anak-anaknya. 

Wah, itulah yang membuatnya takut luar dalam. Itulah yang membuatnya selalu menghindar dari laki-laki. Entah sampai kapan dia sanggup bertahan. Sebuah dilema yang membuatnya canggung.

Penulis : Teguh Wiyono

KBC-50 Kombes

Dok. kombes
Dok. kombes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun