"Lho kan itu bisa diatur, lagian apa kamu tidak butuh laki-laki?", tanya Waginem.
"Emmm gimana ya yu, ya pokoknya saya apa kata anak saja. Lagian cari suami baru susah-susah gampang yu, ya kalo dia ikhlas dapat paketan seperti saya plus anak-anak saya. Yang saya takut itu lho seperti Yu Mijem", Jawab Tumini
"Iya juga sih, harus selektif, jangan seperti membeli kucing dalam karung", Waginem menjawab sambil tersenyum.
"Sendiri saja dulu yu, kalo memang ada jodoh ya tidak akan lari jauh. Jangan ngangsa terus nanti getun keduwung terus piye jal...., eh ngomong-ngomong njenengan jadi nih mau beli pecelnya?", Tumini mengingatkan.Â
"Oh iya sampe lupa, saya beli tiya ya tolong dibungkus, sama krupuk sentir tiga", sahut Waginem.
Pagi itu hanya diwarnai dengan obrolan yu Waginem. Namun dalam hati kecil dia juga butuh seorang suami yang mampu melindunginya, mampu memberinya nafkah, dan cinta.Â
Namun apakah ada laki-laki yang juga bisa menyayangi kedua anaknya juga? Jaman sekarang ini mustahil. Biasanya cintanya hanya diberikan pada ibunya tapi tidak untjk anak-anaknya.Â
Wah, itulah yang membuatnya takut luar dalam. Itulah yang membuatnya selalu menghindar dari laki-laki. Entah sampai kapan dia sanggup bertahan. Sebuah dilema yang membuatnya canggung.
Penulis : Teguh Wiyono
KBC-50 Kombes