Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan dalam Perspektif Budaya Jawa "Sumur, Dapur, Kasur"

26 Maret 2020   13:28 Diperbarui: 26 Maret 2020   13:34 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna, ada pria dan wanita. Keduanya hakikatnya sama dan saling melengkapi. Namun dalam masyarakat Jawa terdapat perbedaan pandangan tentang status wanita. Hal itu lumrah terjadi dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya dan dari berbagai macam sisi sudut pandang. Salah satu sisi penyebabnya adalah perbedaan fisik antara pria dan wanita.

Dalam pandangan ini mereka beranggapan bahwa wanita lebih lemah dari pria. Fisik seorang pria lebih kekar dan lebih kuat dari wanita. Ada beberapa sisi yang wanita tidak bisa melakukan aktifitas seperti pria. 

Cara pandang seperti ini jelas akan mempengaruhi konsep pembagian peran antara pria dan wanita. Secara tidak langsung mereka memberi stereotipe seperti itu. Wanita lebih lemah dari pria maka wanita diberi tugas pada posisi yang aman. Aman dalam artian tidak beresiko, atau resikonya rendah. Sementara pria itu lebih kuat dari wanita maka pria diberi tugas yang lebih berat dari wanita.

George Peter Murdock melalui penelitiannya menyebutkan bahwa salam kelompok masyarakat, laki-laki cenderung memilih pekerjaan yang maskulin, seperti berburu, pertukangan kayu maupun batu, pertambangan, dan pengangkutan. Sementara itu perempuan memilih pekerjaan yang feminim, seperti mencari kayu bakar, memasak makanan atau minuman, mencuci, mengambil air, dan pekerjaan rumah tangga pada umumnya.

Pemikiran pembagian tugas berdasar jenis kelamin tersebut berakibat wanita dipekerjakan secara domestik di dalam rumah, sementara pria bekerja pada sektor di luar rumah. 

Kanca wingking

Kanca wingking artinya teman belakang, penyebutan itu bermakna istri atau orang yang menemani dari belakang atau dari balik layar. Dia berperan di belakang suami. Tidak terlihat dari depan. Berperan di belakang suami juga bermakna menyiapkan semua kebutuhan rumah tangga. Dari mulai mengasuh anak, mencuci, memasak, dan di atas kasur. Wilayah kegiatan istri berada di situ. 

Sumur dapur kasur

Dari konsep pemikiran di atas, pandangan feodal masyarakat jawa yang populer pada masa itu adalah : sumur, dapur, kasur. Wanita tidak diperkenankan bekerja di luar rumah. Wanita juga tidak diperkenankan menerima tamu kerja suaminya dalam budaya jawa itu saru. Ya praktis hanya tiga unsur itulah wilayah kerja wanita yaitu : sumur mencuci semua baju keluarga dari anak-anak sampai suami, semua disiapkan. Dapur : kerja wanita di dapur menyiapkan semua masakan untuk anggota keluarga. Kasur : melayani kebutuhan biologis suaminya. 

Macak masak manak

Tidak berbeda dari pandangan di atas, hanya istilahnya saja yang berbeda. Prinsipnya adalah sama yaitu kerja di sektor domestik di dalam rumah. Macak: artinya berhias atau paes. Ya ini sangat penting sekali untuk membahagiakan suaminya. Berhias dengan penampilan yang bagus dan pantas, menjunjung tinggi derajat suami. Sehingga suami bangga punya istri yang penampilannya bagus dan pantas jika diajak keluar rumah atau saat pertemuan atau waktu kondangan.

Seorang suami akan malu jika punya istri tidak bisa menempatkan diri dalam berpenampilan yang pantas. Ya watak dasar wanita adalah berhias dan berpenampilan yang indah. Masak : artinya seorang wanita harus bisa memasak. Itu harus.

Menurut budaya Jawa wanita belum siap menikah jika dia belum bisa memasak. Maka seorang ibu jaman dulu akan mengajari anak perempuannya memasak ketika dia sudah tumbuh remaja. Akan diperkenalkan jenis-jenis bumbu masak dan aneka masakan. Saru jika wanita tidak bisa memasak, alangkah memalukan sekali. Manak : mberi keturunan. Tugas yang paling utama wanita adalah melayani kebutuhan biologis suaminya. Melahirkan anak-anaknya. 

Swarga nunut neraka katut

Paribasan itu artinya suami masuk surga istri akan mengikuti suaminya, namun jika sang suami masuk neraka maka istri pun akan terbawa ikut pula. Semua yang dialami suami baik kebahagiaan ataupun penderitaan maka istri pun akan mengikutinya. Disini peran istri sungguh luar biasa menemani suami dan ikut mendukung segala kerja suaminya.

Istri adalah partner suami, membangun suasana yang nyaman dari dalam rumah tangganya. Pun ketika suami sedang merasa ada masalah maka tugas istri membahagiakannya, mendorong dan membangun semangatnya untuk mengatasi semua masalahnya. 

Jaman sudah berubah kini wanita jadi pemimpin

Jaman sudah mengalami perubahan yang luar biasa. Kini konsep pandangan feodal seperti itu sudah hilang. Kini wanita kedudukannya sama dengan pria. Sejajar dengan pria. Bahkan sekarang wanita sudah banyak bekerja di sektor luar rumah. Sekarang muncul wanita menjadi pemimpin bahkan presiden. 

Kerja sumur dan dapur kini milik pembantu. Ya semua sektor itu kini menjadi tugas pembantu rumah tangga. Yang tidak diserahkan pada pembantu rumah tangga hanya kasur saja. Itu masih menjadi tugas istri. Semakin sejahteralah istri jaman sekarang. Kedudukannya sejajar dengan pria, tidak bisa dipandang remeh lagi.

Penulis Teguh Wiyono

KBC-50 Brebes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun