Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna, ada pria dan wanita. Keduanya hakikatnya sama dan saling melengkapi. Namun dalam masyarakat Jawa terdapat perbedaan pandangan tentang status wanita. Hal itu lumrah terjadi dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya dan dari berbagai macam sisi sudut pandang. Salah satu sisi penyebabnya adalah perbedaan fisik antara pria dan wanita.
Dalam pandangan ini mereka beranggapan bahwa wanita lebih lemah dari pria. Fisik seorang pria lebih kekar dan lebih kuat dari wanita. Ada beberapa sisi yang wanita tidak bisa melakukan aktifitas seperti pria.Â
Cara pandang seperti ini jelas akan mempengaruhi konsep pembagian peran antara pria dan wanita. Secara tidak langsung mereka memberi stereotipe seperti itu. Wanita lebih lemah dari pria maka wanita diberi tugas pada posisi yang aman. Aman dalam artian tidak beresiko, atau resikonya rendah. Sementara pria itu lebih kuat dari wanita maka pria diberi tugas yang lebih berat dari wanita.
George Peter Murdock melalui penelitiannya menyebutkan bahwa salam kelompok masyarakat, laki-laki cenderung memilih pekerjaan yang maskulin, seperti berburu, pertukangan kayu maupun batu, pertambangan, dan pengangkutan. Sementara itu perempuan memilih pekerjaan yang feminim, seperti mencari kayu bakar, memasak makanan atau minuman, mencuci, mengambil air, dan pekerjaan rumah tangga pada umumnya.
Pemikiran pembagian tugas berdasar jenis kelamin tersebut berakibat wanita dipekerjakan secara domestik di dalam rumah, sementara pria bekerja pada sektor di luar rumah.Â
Kanca wingking
Kanca wingking artinya teman belakang, penyebutan itu bermakna istri atau orang yang menemani dari belakang atau dari balik layar. Dia berperan di belakang suami. Tidak terlihat dari depan. Berperan di belakang suami juga bermakna menyiapkan semua kebutuhan rumah tangga. Dari mulai mengasuh anak, mencuci, memasak, dan di atas kasur. Wilayah kegiatan istri berada di situ.Â
Sumur dapur kasur
Dari konsep pemikiran di atas, pandangan feodal masyarakat jawa yang populer pada masa itu adalah : sumur, dapur, kasur. Wanita tidak diperkenankan bekerja di luar rumah. Wanita juga tidak diperkenankan menerima tamu kerja suaminya dalam budaya jawa itu saru. Ya praktis hanya tiga unsur itulah wilayah kerja wanita yaitu : sumur mencuci semua baju keluarga dari anak-anak sampai suami, semua disiapkan. Dapur : kerja wanita di dapur menyiapkan semua masakan untuk anggota keluarga. Kasur : melayani kebutuhan biologis suaminya.Â
Macak masak manak
Tidak berbeda dari pandangan di atas, hanya istilahnya saja yang berbeda. Prinsipnya adalah sama yaitu kerja di sektor domestik di dalam rumah. Macak: artinya berhias atau paes. Ya ini sangat penting sekali untuk membahagiakan suaminya. Berhias dengan penampilan yang bagus dan pantas, menjunjung tinggi derajat suami. Sehingga suami bangga punya istri yang penampilannya bagus dan pantas jika diajak keluar rumah atau saat pertemuan atau waktu kondangan.