Senja baru saja lewat
Ketika mentari sudah kembali pulang keperaduannya menjemput mimpi
Segudang cerita perjalanan waktu seharian penuh membawa makna yang sangat dalam dan kelam
Sekelam warna kulitmu yang kusut
Kusut termakan oleh waktu dan menanggung beban kerasnya kehidupan yang semakin waktu semakin bertambah sulit.
Belum lagi hadirnya wabah corona membuat warga takut untuk keluar rumah dan menggunakan jasamu
Suasana malam ini pun terlihat sepi dan samun, wingit seperti kuburan
Sang penjual wedangan tertunduk sayu memandang dagangan yang dingin seprti es batu
"Sepi mas sejak ada wabah corona, tapj kalau aku berdiam di rumah terus anak istriku makan apa....?" suaranya merintih parau.Â
"Rasa takutku dengan virus masih kalah sama rasa takut anak istriku kelaparan" sahutnya
Pandangannya menerawang jauh ke depan menembus apapun yang ada di depannya. Jauh sejauh harapan yang semakin menjauh....
Punggungnya yang kering itu disandarkannya ke dinding tiang listrik depan tenda
Semilir angin menghantarnya pergi menjemput impiannya. Impian seorang ayah yamg ingin membahagiakan anaknya. Impian seorang suami yang ingin memberi nafkah istrinya. Impian seorang pedagang angkringan.Â
Senyummu yang hambar itu menghantarku pergiÂ
Penulis : Teguh Wiyono
Brebes KBC-50
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H