Kraca atau keong sawah sangat populer di kalangan masyarakat Brebes. Makanan ini sudah menempuh berbagai zaman namun masih eksis sampai sekarang. Tidak ada satupun orang yang tidak mengenal kraca.Â
Nama lain dari kraca adalah tutut, atau siput sawah, atau siput gondang. Hewan ini banyak dijumpai di perairan tawar seperti di sawah, irigasi, dan lain-lain. Mempunyai cangkang bulat hijau kecoklatan yang melindungi tubuh lunaknya. Keong ini banyak dijumpai dimanapun dibanyak tempat.Â
Menjadi olahan yang lezat
Jika musim hujan seperti ini populasi keong sawah meningkat drastis. Masyarakat banyak memburu keong untuk kemudian dikonsumsi. Daging yang kenyal, gurih, dan lezat menjadi ciri khas tersendiri cita rasa olahan keong.Â
Tidak ayal lagi banyak penggemar keong di pelosok negeri ini. Daging keong bisa diolah menjadi sate, rica-rica, direbus dengan bumbu kuning, dimasak dengan tauco, ataupun ditumis. Banyak cita rasa yang ditawarkan dari keong ini.Â
Kandungan gizi keong sawah
Jeong mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dan tinggi serta kaya akan mineral-mineral penting bagi tubuh. Menurut Positive Deviance Resource Centre menyebutkan bahwa keong sawah mengandung protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor.Â
Disamping itu keong sawah mengandung vitamin yang cukup tinggi, yaitu vitamin A, E, niacin dan folat. Disamping itu didalamnya mengandung zat gizi makronutrien yaitu protein dalam kadar yang cukup tinggi pada dagingnya.Â
Keong sawah dewasa rata-rata mempunyai berat mencapai 4-5 gram. Dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi itu banyak masyarakat yang percaya bahwa mengkonsumsi daging keong dapat menghindarkan dari berbagai penyakit seperti diabetes, kolesterol, dan sebagainya.
Memasak dengan higienis
Melihat kandungan dizi yang cukup tinggi, ternyata keong sawah juga merupakan tempar dari parasit seperti cacing, atau mengandung pestisida ketika pak tani menyemprot sawah mereka.Â
Kita mesti hati-hati ketika memasak keong sehingga terhindar dari parasit dan keracunan akibat pestisida. Sebelum anda memasak harus diperhatikan secara cermat langkah-langkahnya seperti berikut.
 Pertama anda rendam sambil disikat atau dibersihkan cangkangnya dari lumpur atau kotoran lain. Bilas dengan air  sampai benar-benar bersih dari kotoran. Kemudian direndam dengan menggunakan air kapur gunanya untuk mengeluarkan semua lendir yang kemungkinan mengandung parasit, campur dengan garam. Setelah selesai direndam pastikan daging terasa keset dan bebas lendir. Barulah daging siap untuk diolah.Â
Temuan di pasar
Tahapan tersebut di atas adalah bagian yang sangat penting dalam mengolah kraca. Pada kenyataanya ketika penulis membeli kraca di pasar masih terasa pengolahan yang tidak sesuai dengan syarat higienis.Â
Penulis masih mendapatkan cangkang yang kurang bersih karena masih ada sedikit lumput atau lumut. Daging yang diambil dari cangkang masih terasa licin karena kemungkinan tidak ditendam dengan kapur. Namun jika diolah dengan baik tentu mbuat konsumen puas.Â
Jika diolah tidak benar akan membuat konsumen kapok untuk membeli lagi. Begitulah sedikit ulasan tentang kraca. Makanan tradisional yang cukup digemari sampai jaman sekarang ini. Makanan yang mampu menembus zaman.Â
Penulis KBC-50 Teguh Wiyono
Kompasianer Brebes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H