Mohon tunggu...
Teguh S Sungkono
Teguh S Sungkono Mohon Tunggu... Administrasi - in search for excellent

Dalam upaya merealisasikan kepedulian diruang nyata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Serial Kepemudaan-3] Sikap Kepemimpinan Sang Penakluk Kutub Selatan, Roald Amundsen vs Robert Falcon Scott

16 Maret 2016   01:11 Diperbarui: 27 Maret 2016   00:03 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan kuda ponipun adalah strategi yang tidak detail sebagaimana Amundsen, sebab saat bahan makanan kuda sudah habis, kuda tidak memakan kuda, yang akhirnya seluruh kuda ini mati.

Strategi Amundsen yang detail tersebut tercermin juga pada setiap depot yang dia bangun untuk peristirahatan dan penempatan logistik yang akan dibutuhkan saat perjalanan pulang. Dia menancapkan banner berwarna hitam, kontras dengan warna salju yang putih. Dan banner tersebut dapat terlihat bahkan pada jarak pandang sampai dengan sepuluh kilometer. Strategi ini sangatlah mempercepat proses dalam menemukan depot logistik tersebut, ketika mereka menempuh perjalanan pulang.

Amundsen menyiapkan tiga ton supply untuk lima orang anggota timnya, sementara Scott hanya menyiapkan satu ton supply untuk tujuh belas orang anggota timnya. Amundsen membawa empat thermometer, sementara Scott hanya satu termometer, yang jika rusak maka nyaris tidak akan memiliki petunjuk apapun terhadap kondisi suhu disekitar mereka. Amundsen sama sekali tidak mengetahui apa yang akan mereka hadapi dalam ekspedisi tersebut. Tidak ada informasi apapun tentang kutub selatan. Dengan sikap paranoidnya, maka asumsi terburuklah yang selalu dipakai sebagai pertimbangan dalam memutuskan setiap detail persiapan ekspedisi tersebut. Bahkan dia menyiapkan seorang suksesor untuk siap mengganti memimpin dan tetap melanjutkan perjalanan andai dirinya atas satu dan lain hal, tidak mampu melanjutkan ekspedisi tersebut.

Sementara Scott bukanlah orang yang detail. Dia bahkan tidak menyiapkan jalan keluar untuk kondisi terburuk yang mungkin akan dihadapi. Dalam jurnalnya ditulis, “ Cuaca yang kami hadapi sangatlah tidak masuk akal”, lanjutnya lagi, “ Beginilah nasib buruk kami bersama, sangat beruntung jika kami bernasib baik!”. Inilah bentuk-bentuk pernyataannya yang menggambarkan ketidak siapan diri dalam menghadapi situasi terburuk yang bisa terjadi. Dia, Scott selalu menyalahkan keadaan.

Alhasil Scott sampai ke titik kutub selatan pada tanggal 17 Januari 1912, satu bulan setelah bendera Norwegia tertancapkan oleh Amundsen di sana. Dan Scott kembali menuliskan dijurnalnya, “ kami mengalami hari-hari terburuk”. Sementara itu Amundsen telah sampai kembali di base awal mereka pada tanggal 25 Januari 1912, tepat sesuai dengan perencanaan mereka. Namun ironisnya delapan bulan kemudian, jasad Scott beserta tiga orang anggota tim yang masih tersisa bersamanya ditemukan membeku, hanya berjarak enam belas kilometer dari depot supply mereka.

Keduanya mendapatkan hasil yang berbeda dengan sangat dramatis. Padahal situasi, kondisi, cuaca ekstrem, ataupun keganasan alam yang dihadapi oleh mereka adalah sama. Amundsen tidaklah lebih kreatif, visioner, karismatik, ataupun lebih ambisius ketimbang Scott, akan tetapi Amundsen menunjukan behaviour / perilaku yang berbeda. Dia hanyalah lebih disiplin, lebih detail dalam persiapan dan paranoid dalam menyikapi segala kemungkinan. Dia tidak menganggap enteng resiko apapun, dan selalu menyiapkan jalan keluar atas setiap resiko tersebut.

Analogi atas pengalaman kedua sosok komandan ekspedisi tersebut diatas tentu dapat kita ambil sebagai pelajaran. Kitapun saat ini sedang berekspedisi menuju tujuan hidup yang kita pilih. Dengan role model perilaku sebagaimana paparan diatas, maka behaviour Amundsen atau Scott kah yang akan kita pilih?....... Selamat memilih.

 ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun