Mohon tunggu...
Teguh S Sungkono
Teguh S Sungkono Mohon Tunggu... Administrasi - in search for excellent

Dalam upaya merealisasikan kepedulian diruang nyata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekilas Perbandingan Gaya Kepemimpinan Prof. Yusril Ihza Mahendra dan Ust. Hilmi Aminuddin

7 Maret 2016   23:19 Diperbarui: 9 Maret 2016   23:28 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YIM menyadari bahwa dirinya memiliki popularitas, sejak dari awal bergulirnya reformasi di negara ini. Popularitas adalah salah satu senjata yang sangat efektif jika tepat penggunaanya, dan YIM berusaha untuk terus membangun serta mempertahankan popularitas tersebut. Mungkin harapan YIM adalah dengan popularitas dirinya, tiba saatnya akan mampu untuk mengangkat popularitas PBB. Strategi ini dinilai efektif, apalagi ditambah kemampuan YIM dalam mengisi jabatan penting pada pemerintahan siapapun juga.

Namun sayangnya, popularitas yang dimiliki YIM berada pada segmen menengah keatas, bukan pada segmen menengah kebawah, yang terdiri dari 80% jumlah pemilih. YIM perlu menambah strategi baru untuk bisa mengikat kalangan menengah kebawah. Saya teringat pembicaraan beberapa tahun yang lalu dengan salah seorang pebisnis di industri film nasional. Dia mengatakan,” Bos, ente tahu? Bahwa masyarakat kita senangnya dengan film yang ringan-ringan, bukan yang berat-berat. Ente tahu bro, bahwa rating tertinggi film kita saat ini adalah ‘Jin dan Jun’ dan ‘Tuyul dan Mbak Yul’, itu fakta bro”.

Profil YIM, dengan kekuatan intelektual dan popularitasnya, menjadi kontra-produktif ketika harus dihadapkan pada segmen menengah kebawah. Mereka lebih menyukai sesuatu yang ‘ringan-ringan’ saja. Padahal, profil YIM sebagai pemimpin adalah profil yang dibutuhkan bangsa ini yaitu cerdas, berani dan memiliki kepakaran dibidang ilmu hukum tata negara.

Berbeda dengan HA, dia menyadari betul bahwa dirinya jauh dari popularitas. Sehingga HA lebih memilih untuk fokus pada upaya pembangunan sistem kaderisasi dan rekrutmen melalui jalur dakwah, yang memang kekuatan beliau. Energi HA digunakan untuk membangun sistem, sementara energi YIM digunakan untuk membangun popularitas.

HA mampu melahirkan pemimpin-pemimpin dengan wajah baru, yang muncul dari dalam organisasinya. Sebutlah nama-nama seperti Tifatul Sembiring, Hidayat Nur Wahid, Shohibul Iman dan tokoh-tokoh muda PKS lainnya. Organisasi ini tidak pernah kehabisan calon pemimpin, padahal usianya relatif masih muda. Sementara YIM masih pada fase penguatan organisasi, sehingga YIM masih merasa perlu untuk kembali menjabat sebagai Ketua Umum partai.

Jadi, bagi anda yang belum memiliki popularitas, jangan berkecil hati untuk terjun ke dunia politik, sepanjang anda memiliki strategi yang tepat dalam mendulang suara. Sementara bagi anda yang sudah memiliki popularitas, jangan hanya mengandalkan itu saja, perlu didampingi dengan strategi lain agar popularitas anda semakin produktif.

 

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun