W meng-iya-kan semua syarat yang ku kemukakan, ia kemudian pamit pulang dan mengingatkan agar besok hadir di acara inagurasi.
"Makasih yaa.. dadah," W berlalu pergi.
[Pukul 16:40 WIB]
W berangkat pergi untuk pulang. Sebelumnya ia berjalan ke meja penjaga perpustakaan untuk pamit, kemudian mulai menuju pintu keluar. W menggesekan kartu anggota perpustakaanya pada mesin pembaca yang menempel di pintu kaca. Semua pengunjung yang keluar dan masuk wajib menggesekan kartunya pada mesin supaya pintu bisa terbuka. Setelah pintu terbuka dan ditutup pintu akan terkunci secara otomatis. Semua memakai teknologi digital.
ACCES DENIED
Tulisan ini muncul dilayar mesin penggesek kartu pass perpustakaan sambil bunyi tiitt dua kali. W benar-benar kesal saat ini terjadi, mukanya ngambek dan marah-marah tak karuan. Ia berulang kali menggesekan kartu pass nya namun tetap saja pintu perpustakaan tak terbuka.
Penjaga perpustakaan berusaha membantu W dengan cara meminjamkan kartunya untuk di gesek ke mesin pembaca kartu pass, tetapi tetap saja pintu tak terbuka. Aneh sekali. Aku bergegas menuju pintu itu menemui W dan penjaga perpustakaan. Kucoba kartu miliku untuk dipakai, dan ternyata tak bisa juga. Tiga kartu kami semuanya tak bisa berfungsi. Sepertinya mesin pembaca kartu ini rusak. Inilah jeleknya teknologi digital, ketika sedang rusak sungguh merepotkan. Kami seperti terkunci di perpustakaan ini.
Penjaga perpustakaan berusaha menelepon teknisi, ia memanggil mereka untuk datang memperbaiki mesin ini, karena jika tidak maka kami bertiga akan terkurung di perpustakaan ini.
Sialnya, menurut penjaga perpustakaan, hari sabtu merupakan hari libur bagi para teknisi. Perusahaan teknologi rekanan kampus kami ini memang menjadwalkan hari sabtu-minggu sebagai hari libur bagi karyawanannya. Jika pun bisa maka karyawan tersebut harus mengorbankan hari liburnya untuk bekerja menyelematkan kami yang terkurung di ruangan ini. Penjaga perpustakaan menelepon satu persatu karyawan teknisi yang sedang libur itu. Sebagian dari mereka menolak untuk dipanggil, dengan berbagai kilah alasannya; ada yang sedang diluar kota, ada yang sedang berpiknik, ada yang sedang sakit, dan lain-lain. Hal ini bisa difahami. Barang kali jika aku pun seorang teknisi dan ditelpon saat hari libur maka aku pun akan mencari seribu alasan untuk menolaknya. Tak heran.
Kabar gembira datang, penjaga perpustakaan mengabarkan bahwa ada satu teknisi yang mau datang memperbaiki mesin pembaca kartu pass itu namun teknisi ini berdomisili di ujung berung. Jarak yang cukup jauh. Kau tahu jarak antara ujung berung menuju ciumbuleuit itu sangat jauh, belum lagi hari ini hari sabtu pasti lalu lintas sangat padat. Di saat weekend seperti hari ini jalanan pasti macet. Si teknisi bisa lama sekali datang ke kampus kami. mungkin bisa dua sampai tiga jam terlebih jika jalanan macet.
[Pukul 17:49 WIB]
Di perpustakaan ini kami cuma bertiga. Pak penjaga perpus, aku dan W. Ya, cuma kami bertiga karena sebelumnya yang ada di perpustakaan ini sudah pada pulang. Seperti yang kau tahu, perpustakaan dimana pun berada pastilah sepi pengunjungnya. Biasanya perpustakaan di kampus kami tutup jam 17.00 WIB, tapi hari ini sepertinya kami bertiga akan lebih lama tinggal di perpustakaan ini karena harus menunggu teknisi datang menyelamatkan kami.
[Pukul 18:30 WIB]
Suasana sudah mulai sepi. Kampus pun mulai sepi, tak ada suara-suara diluar gedung perpustakaan. Kegiatan UKM pun sepertinya sudah mulai selesai, biasanya selalu saja ada yang berlatih basket, berlatih tae kwon do, dan berlatih panjat tebing. Namun semuanya hening tampaknya mereka sudah pulang. Setelah magrib menjelang kampus kami sudah sepi karena saat ini fihak rektorat menghapus kelas karyawan yang kuliah malam dari jam 18.00- 22.00 WIB. Jadi jam 17.00 WIB pun semua kegiatan terhenti. Kampus hening dan hanya ada satpam saja yang berjaga dan itupun mereka hanya duduk saja di pos jaga sambil bermain gadget.