Mohon tunggu...
Putu Teguh Satria Adi
Putu Teguh Satria Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Part time traveller and writer // Full time Mechanical Engineering Student // mail: putuh_teguh@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Simbolis, Perayaan dan Esensi Sebuah Hari Pengetahuan

2 Mei 2015   05:51 Diperbarui: 30 September 2015   23:35 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Saraswati di Pura Belgia

Pada hari ini, Sabtu, 2 Mei 2015, kita mengenang kembali tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang sekaligus pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di zaman penjajahan Belanda, Ki Hajar Dewantara. Hari yang kita kenal sebagai Hari Pendidikan Nasional membawa kita kembali menerobos ruang dan waktu dimana sosok pribumi visioner dengan misi perubahan nyata sedang berjuang mengangkat derajat rakyat yang sudah lelah atas penderitaan di tanah kelahiran sendiri. Beliau sadar bahwa satu-satunya yang dapat menyelamatkan bangsa ini adalah pendidikan. Dengan semboyannya yang terkenal, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, beliau berhasil memicu sebuah ledakan motivasi yang besar pada masa itu sehingga secara perlahan Indonesia yang masih merupakan ide menjadi Indonesia yang berdaulat dan berdiri dengan kakinya sendiri. Pondasi yang beliau bangun sangat kokoh, saking kokohnya sehingga diadopsi, dipelajari dan diaplikasikan oleh negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, Finlandia. [caption id="" align="aligncenter" width="280" caption="Ki Hajar Dewantara"][/caption] Selain itu, hal yang menarik dari hari ini adalah bertepatan pula dengan jatuhnya Hari Raya Saraswati, yang merupakan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) bagi umat Hindu Dharma di Bali khususnya dan di seluruh dunia dalam cakupan global. Setiap 210 hari sekali yaitu pada hari Sabtu atau Saniscara, Umanis wuku Watugunung menurut penanggalan kalender Bali, umat Hindu Dharma melakukan upacara dan persembahyangan bersama karena merupakan hari yang baik untuk memohon sekaligus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati (Dewi Pengetahuan) atas dianugerahkannya ilmu pengetahuan yang melimpah agar kita semua terbebas dari kebodohan (avidya) untuk menuju pencerahan dan kebahagiaan abadi.

 

[caption id="" align="aligncenter" width="488" caption="Dewi Saraswati"]

[/caption] Tapi apa sebenarnya yang dapat kita petik dari 2 hal yang secara kebetulan jatuh pada hari yang sama dan memiliki makna dan esensi yang sama pula? Merupakan sebuah tamparan yang teramat keras dan berbekas ketika kita mengetahui rendahnya posisi Indonesia di dunia dalam pemetaan mutu pendidikan baik dari dasar, menengah maupun perguruan tinggi yang secara statistik sudah dirangkum secara lengkap dalam Gawat Darurat Republik Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. (Link). Minimnya fasilitas yang memadai, rendahnya kualitas pengajar serta kurangnya motivasi dari dalam diri semakin menurunkan optimisme dan keyakinan menuju ke Indonesia yang maju dan sejahtera. Nampaknya "Indonesia Impian“ para pendahulu kita itu masih terkubur di dalam liang yang amat gelap sehingga secercah harapan yang dulunya nampak amat dekat malah menjadi kabur dan hampir terurai terlena oleh masifnya dampak globalisasi.

Berbicara Tentang Esensi

Banyak sekali hal yang dapat kita pikirkan ketika merenung akan keterpurukan bangsa ini. Renungan memang pada dasarnya sangat penting untuk membuka mata kita dan mengetahui posisi kita saat ini tapi tidak baik jika berkelanjutan. Oleh karena itu kita butuh dorongan dan motivasi untuk menjadi lebih baik. Dibalik kondisi negara kita yang masih jauh dari negara ideal, banyak hal yang sebenarnya dapat kita rayakan untuk memeriahkan harinya ilmu pengetahuan ini. Merayakan bahwa Indonesia sudah menunjukan taringnya di mata dunia, Indonesia yang menjunjung tinggi apa yang menjadi dasar negaranya dan tidak mudah dilobi-lobi oleh negara-negara berkepentingan. Merayakan bahwa semakin banyak anak negeri yang berprestasi dan mengangkat nama Indonesia kancah internasional. Merayakan bahwa pembangunan negeri ini sudah semakin terarah dan didukung oleh semakin banyaknya orang-orang mulia tanpa kepentingan perut menduduki posisi tertinggi pemerintahan. [caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Perayaan Saraswati di Pura Belgia"]

[/caption] Kepercayaan diri dan semangat juang yang tinggi harus kita bangun sejak dini. Simbolisasi Dewi Saraswati sebagai penabur benih-benih ilmu di dunia ini harusnya menyadarkan kita bahwa Ilmu itu secara harfiah diturunkan. Setiap orang lahir dengan akal dan budi yang luhur, tiap orang memiliki kapasitas yang sama jika diasah dengan baik. Tidak ada yang terlahir pintar, namun tiap orang miliki potensi untuk menjadi pintar. Sumber-sumber pengetahuan anugerah yang Maha Kuasa sangat amat melimpah dan tidak akan habis dimakan jaman. Prosesi keagamaan di Hari Saraswati merupakan bukti bahwa pentingnya pengetahuan sudah disadari sejak dulu kala. Warisan yang selalu dijaga dari tahun ke tahun telah dirancang sedemikian rupa supaya kita selalu eling terhadap cita-cita nenek moyang kita. Jadi bukan menjadi sesuatu yang sia-sia jika kita memahami apa yang sesungguhnya tersirat dari upacara yang juga dirayakan rutin sampai ke tanah Eropa tersebut. Tidak kalah penting, figur Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia juga menunjukan bahwa potensi yang kita miliki tidak akan menjadi apa-apa jika tidak kita asah dengan baik. Semua butuh waktu dan perjuangan. Tidak ada yang pragmatis dan instan. Grand design pendidikan sederhana namun sangat luar biasa yang diprakarsai oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang pertama ini sayang sekali belum sepenuhnya diterapkan di tanah air. Taman Siswa sudah seharusnya seindah namanya, menyenangkan dan tanpa tekanan, seperti konsep beliau dan paras cantik Dewi Saraswati. Namun jarang sekali kita jumpai siswa dan siswi dengan senyumnya yang lebar yang siap menyegarkan kepala dengan tetesan tirta pengetahuan. Hal ini yang tentunya harus pertama kali kita benahi bersama-sama. Sesungguhnya tidak ada bedanya kita dengan orang Jepang, Jerman, Amerika maupun Rusia. Yang membedakan hanyalah niat dan usaha. Mari kita jadikan dua hari besar ini sebagai periode renungan ganda akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi bangsa dan negara. Mari menciptakan karya dan inspirasi dengan efek domino berlipat untuk mewujudkan “Indonesia Impian” para pahlawan kemerdekaan kita menjadi kenyataan. Dimulai dari membaca buku dan peduli tentang apa yang terjadi disekitar kita.
"Education is the most powerful weapon which you can use to change the world."

Nelson Mandela

Selamat Hari Raya Saraswati bagi seluruh umat Hindu Dharma dimanapun berada, dan Selamat Hari Pendidikan Nasional bagi seluruh penduduk Indonesia yang siap menuju gerbang perubahan positif.

Salam,

 

Putu Teguh Satria Adi

Aachen, 02.05.2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun