Mohon tunggu...
Teguh Saepudin
Teguh Saepudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penjelajah Lima Alam

Orang sunda asli

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Membaca Asmaul Husna SMPN 13 Bandung

9 Oktober 2023   20:35 Diperbarui: 10 Oktober 2023   11:36 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: smpn13-bdg.sch.id

Perkembangan pemikiran sosiologi memiliki dampak signifikan pada kehidupan masyarakat karena semakin banyak pemikiran dan teori yang berkembang untuk memahami aspek-aspek sosial. Salah satu kontribusi penting adalah teori tindakan sosial oleh Max Weber, yang membantu dalam memahami berbagai aspek yang terlibat dalam mencari motif di balik tindakan individu berdasarkan jenis tindakan sosial yang mereka wakili, dan bagaimana hal ini dapat berkontribusi pada perubahan sosial dan politik.

Weber percaya bahwa dalam penelaahan konsep-konsep sosiologi, fokusnya harus pada pemahaman konsep daripada pada konsep empiris itu sendiri. Konsep-konsep ini tidak hanya menentukan apa yang harus dilakukan oleh seseorang, tetapi lebih pada apa yang dapat dilakukan dalam konteks situasi tertentu. Weber sangat tertarik pada teori tindakan sosial yang berkaitan dengan motivasi, niat, dan perilaku individu. Dia juga memasukkan permasalahan sosiologisnya yang terkait dengan tipe sosiologis yang cenderung rasional dan positivistis dalam pemahaman mereka.

Motivasi merujuk pada dorongan internal dalam diri seseorang yang mendorong mereka mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan upaya dan dorongan individu untuk mencapai hasil pembelajaran yang tinggi, dan motivasi ini berdampak pada tindakan dan perilaku mereka. Intensi, di sisi lain, adalah kemampuan subjektif seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai ekspresi perilaku mereka, dan hal ini terkait erat dengan kepercayaan individu terhadap suatu aktivitas.

Perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku refleksif dan non-refleksif. Perilaku refleksif adalah tindakan yang spontan sebagai respons terhadap stimulus tertentu, sedangkan perilaku non-refleksif adalah tindakan yang lebih terencana dan diatur oleh pusat kesadaran atau otak.

Dalam konteks penelitian ini, kami akan fokus pada paradigma sosial berdasarkan konsep Weber tentang fakta sosial. Weber membedakan berbagai elemen dalam struktur sosial dan pranata sosial, dan ini membantu dalam memahami fakta-fakta sosial dengan lebih mendalam. Paradigma ini menuntut pemahaman subjektif terhadap berbagai fakta sosial, sehingga memberikan ruang bagi kreativitas, inovasi, dan daya selektif yang kuat yang berasal dari dalam diri individu.

Mengenai Asmaul Husna, yang merupakan sebutan indah bagi Allah dalam Islam, ini memiliki beragam bentuk dan makna yang ditemukan dalam Al-Qur'an. Membaca Asmaul Husna dianggap sebagai tindakan sakral yang memberikan petunjuk dan perintah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu dapat menginterpretasikan dan memahami makna dan isi dari Asmaul Husna sesuai dengan pemahaman pribadi mereka.

Dalam penelitian yang mencoba memahami esensi Asmaul Husna dalam Al-Qur'an, fokus utamanya adalah pada pemahaman makna nama-nama Allah yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Asmaul Husna memengaruhi perilaku dan pemikiran individu, dan meskipun penelitian ini hanya berfokus pada sejumlah nama Allah tertentu, konsep ini masih memiliki dampak yang signifikan pada pemahaman dan praktik agama individu.

Teori Tindakan Sosial Max Weber

Weber menganggap bahwa hubungan sosial dapat dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang dimiliki oleh manusia saat melakukan tindakan. Ada lima ciri utama yang menjadi fokus Weber dalam memahami tujuan-tujuan tindakan individu:

a. Tindakan manusia dipahami dari perspektif aktor yang bersifat subjektif dan tindakan tersebut merupakan tindakan nyata yang terlihat.

b. Tindakan nyata ini berakar sepenuhnya dalam pemikiran individu.

c. Tindakan melibatkan pengaruh positif dari suatu situasi yang disengaja dan seringkali disertai dengan persetujuan yang diam-diam.

d. Tindakan itu diarahkan kepada individu atau sekelompok individu tertentu.

e. Tindakan tersebut memperhatikan tindakan orang lain di sekitarnya.

Dalam teori tindakan sosial Weber, perbedaan antara tindakan sosial dan perilaku manusia terletak pada makna subjektif yang terkait dengan motif dan tujuan yang dianut oleh pelaku. Bagi Weber, cara terbaik untuk memahami mengapa orang bertindak adalah dengan memahami alasan di balik tindakan tersebut. Weber mengkategorikan tindakan menjadi empat jenis berdasarkan motif pelakunya:

a. Tindakan tradisional adalah tindakan yang sudah ada dalam masyarakat sejak turun-temurun. Contohnya, "Saya melakukan ini karena itulah yang selalu kami lakukan."

b. Tindakan afektif adalah tindakan yang dipengaruhi oleh kondisi emosional dan perasaan. Tindakan ini muncul saat individu merespons secara emosional terhadap situasi eksternal dan orang lain di sekitarnya. Contoh tipe afektif adalah, "Apa yang bisa saya lakukan saat saya merasa seperti ini?"

c. Tindakan rasional instrumental adalah tindakan yang dilakukan dengan pertimbangan rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, "Tindakan ini adalah yang paling efisien untuk mencapai tujuan saya."

d. Rasionalitas Nilai adalah tindakan rasional yang didasarkan pada nilai-nilai personal, tanpa memperhitungkan prospek keberhasilan atau kegagalan. Dalam tipe ini, individu memiliki tekad kuat untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Contohnya, "Saya tahu ini adalah yang benar untuk saya lakukan."

Weber percaya bahwa tindakan sosial berkaitan dengan perubahan sosial dalam masyarakat dan terkait dengan tujuan dan harapan individu. Baginya, tindakan selalu membawa makna subjektif, yang melibatkan serangkaian kegagalan tindakan yang dapat memberikan pembelajaran kepada orang lain. Tindakan sosial selalu disadari secara penuh dengan keyakinan oleh individu, dan tindakan tersebut memiliki karakter sosial yang melibatkan interaksi dengan orang lain dan pemahaman tentang peristiwa yang berulang-ulang terjadi dalam tindakan tersebut.

Esensi Asmaul Husna 

Asmaul Husna adalah kumpulan nama-nama yang menggambarkan keagungan Allah SWT dan dapat digunakan sebagai sarana untuk memohon perlindungan dan pertolongan. Membaca Asmaul Husna memberikan keutamaan kepada pembacanya, karena tindakan ini menjadi perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai media untuk berdoa. Makna yang terkandung dalam Asmaul Husna memberikan nilai dalam pemahaman diri, membantu kita untuk mengerti dan meyakini nama dan sifat Allah.

Asmaul Husna juga berperan sebagai penghubung atau wasilah yang Allah turunkan bagi setiap manusia, sehingga mereka dapat mencapai kebahagiaan dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui Asmaul Husna, manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mengalami aliran positif yang membawa ketenangan dan kedamaian dalam hati dan jiwa, serta menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Beberapa latihan membaca Asmaul Husna juga digunakan untuk meningkatkan konsentrasi dan kedamaian jiwa, menjadikan tindakan ini sebagai penghubung antara makhluk dan Allah SWT.

Nama-nama dalam Asmaul Husna juga memiliki beberapa yang dirahasiakan dalam ilmu ghaibnya, yang tidak diketahui oleh siapapun. Fitrah manusia cenderung untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan ini adalah bagian penting dari fitrah manusia yang membutuhkan perawatan dan pemahaman. Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki potensi dalam diri mereka.

Menghafal atau menyebutkan Asmaul Husna di luar kepala adalah salah satu cara untuk mendekati surga. Asmaul Husna terkait dengan sifat-sifat Allah, salah satunya adalah "Al-Wahid" yang mencerminkan kesempurnaan dan keesaan Allah. Penggunaan nama-nama ini dalam berbagai konteks memberikan makna khusus dan dapat membantu manusia dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Selain itu, Asmaul Husna juga mencakup nama-nama seperti "Al-Haq" yang menunjukkan kemantapan dan kebenaran. Ini mengajarkan kita untuk melaksanakan tugas dan kewajiban kita dengan sungguh-sungguh, menghindari kemalasan, dan berusaha mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

Asmaul Husna juga mencakup nama seperti "Al-Quddus" yang menggambarkan kesucian Allah dari segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh indra atau bahkan imaginasi. Mempertahankan kesucian pikiran dan tindakan adalah hal penting yang dapat membantu kita menghindari berbagai tantangan dan mencapai kesuksesan. Merawat kebersihan jasmani dan rohani adalah wujud pengamalan sifat Allah yang maha suci, Al-Quddus.

Analisis Teori Tindakan Sosial Kebiasaan Membaca Asmaul Husna

Dalam proses analisis ini, peneliti menggunakan teori analisis Max Weber untuk memahami tindakan dan pemikiran peserta didik dalam membaca Asmaul Husna, serta cara mereka menempatkan diri dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Dalam menganalisis motif dan tujuan peserta didik, kerangka berfikir mereka menjadi sangat relevan, baik yang secara sadar dipertimbangkan maupun yang tidak.

Pertama-tama, teori tindakan tradisional mencerminkan pembentukan kebiasaan yang telah mengakar dalam masyarakat dari generasi ke generasi. Peserta didik, terutama pada anak-anak SMP13 bandung ini , mengembangkan kebiasaan membaca Asmaul Husna melalui tindakan yang diulang-ulang. Ini menghasilkan memori yang membentuk kebiasaan mereka. Mereka menganggap tindakan ini sebagai suatu tradisi yang harus dijaga, sebagian karena mereka melihatnya dilestarikan oleh kakak tingkat mereka.

Kedua, teori tindakan afektif berkaitan dengan kondisi emosional peserta didik. Emosi dapat memengaruhi motivasi dan tindakan individu. Beberapa peserta didik merasa terpaksa membaca karena kurangnya motivasi atau minat, sementara yang lain merasa bahagia dan terhubung dengan tindakan tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Perbedaan dalam kondisi emosional ini mempengaruhi perilaku membaca mereka.

Ketiga, tipe rasional instrumental berkaitan dengan kesadaran peserta didik akan pentingnya membaca Asmaul Husna dan kemampuan mereka untuk melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Mereka menyadari manfaat membaca ini dan mengikuti kebiasaan tersebut sebagai cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Keempat, tipe rasionalitas nilai berkaitan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh peserta didik dalam membaca Asmaul Husna. Mereka menghubungkan tindakan ini dengan hikmah dan berkah dalam kehidupan mereka. Ini mencerminkan pandangan mereka tentang pentingnya nilai-nilai ini dalam kehidupan sosial mereka.

Dalam teori Weber, perubahan dalam keyakinan, motivasi, dan tujuan individu dapat mempengaruhi perilaku mereka. Peserta didik mengembangkan keyakinan kuat yang memandu mereka dalam menjalani kebiasaan membaca Asmaul Husna, dan ini berkaitan dengan motif dan tujuan mereka. Sementara itu, ada juga pengaruh dari tokoh-tokoh lain dalam masyarakat yang dapat memengaruhi sikap dan tindakan individu, sesuai dengan teori Weber.

Kesimpulan 

Kebiasaan membaca asmaul husna merupakan salah satu tradisi yang ada di SMPN 13 Bandung. Dalam hal ini dianalisis dengan pendekatan teori tindakan sosial Max Weber dalam tindakan tradisional pembiasaan Asmaul Husna menjadi sebuah tradisi yang telah diikuti oleh peserta didik sebelumnya bertujuan sebagai sebuah kebiasaan. Tindakan afektif Weber bahwa membaca Asmaul Husna bisa memberikan pengaruh terhadap kondisi emosional bagi peserta didik, dan tindakan rasionalis instrumentalis menekankan pada aspek tujuan dalam pembacaan Asmaul Husna. Tipe rasionalitas menekankan pada aspek nilai dalam pemahaman pada setiap nama-nama Allah. Pada proses analisis tindakan Max Weber telah diketahui bahwa peserta didik melakukan pembiasaan dengan beragam motif, tetapi dengan motif tersebut mereka dapat terbiasa dan hafal bahkan memaknai Asmaul Husna tersebut. Oleh karena itu antara persepsi, pemaknaan mereka memaknai Asmaul Husna dan rindakan mereka mempunyai peran penting dala proses melakukan kebiasaan membaca Asmaul Husna. Dengan adanya kajian penelitian diatas dapat dijadikan acuan pembelajaran kepada pembaca bahwa proses pembiasaan bukan hanya sekadar aktivitas yang sering dilakukan tetapi orang yang melakukan memiliki motif dan tujuan yang beragam.

Referensi :

Wirawan, D R I B. (2012). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana.

Abd Rahman, R. (2011). "Memahami Esensi Asmaul Husna dalam Alqur'an." Jurnal Adabiyah Vol. Xi Nomor 2, No. 1.

Muhlis, Alis, And Norkholis Norkholis. (2016). "Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis)." Jurnal Living Hadis 1, No. 2.

Supraja, Muhammad. (2012). "Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max Weber." Jurnal Pemikiran Sosiologi 1, No. 2.

Rohman, Syaifur. (2020). "Pembiasaan Membaca Asmaul Husna untuk Menjaga Potensi Aqidah pada Anak." Dimar: Jurnal Pendidikan Islam 1, No. 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun